BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi merupakan wadah aktivitas manusia sekaligus tempat jalinan hubungan kerjasama antar manusia. Karena sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri, satu sama lain saling membutuhkan dan kerjasama merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupannya. Manusia juga sebagai makhluk individualis yang memiliki ego dan ambisi. Agar terjadi keselarasan antara sifat sosial dan individualis, maka setiap organisasi atau kelompok kerja memerlukan pemimpin. Seorang pemimpin diharapkan mampu memimpin, mengerahkan dan mengarahkan manusia untuk bekerja sama mencapai tujuan yang diinginkan
Kepemimpinan dapat dikonsepsualisasikan sebagai suatu interaksi antara seseorang dengan suatu kelompok, tepatnya antara seorang dengan anggota-anggota kelompok setiap peserta didalam interaksi memainkan peranan dan dengan cara-cara tertentu peranan itu harus dipilah-pilahkan dari suatu dengan yang lain. Dasar pemilihan merupakan soal pengaruh, pemimpin mempengaruhi dan orang lain dipengaruhi. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kepemimpinan dari tokoh Umar Bin Khattab, biografi, latar belakang dan nilai-nilai kepemimpinan nya.
B. Rumusan Masalah
1. Biografi Umar Bin Khattab
2. Masa Kepemimpinan Umar Bin Khattab
3. Nilai-nilai Kepemimpinan Umar Bin Khattab
C. Tujuan
1. Mengetahui Biografi Umar Bin Khattab
2. Memahami Kepemimpinan Umar Bin Khattab
3. Memahami Nilai-nilai Kepemimpinan Umar Bin Khattab
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Umar Bin Khattab
Nama nasabnya Umar bin Khattab bin Nufial bin Abdul Uzza bin Raba’ah bin Abdillah bin Qurth bin Huzail bin Ady bin Ka’ab bin Luway bin Fihr bin Malik namun sering dipanggil Umar Bin Khattab. Khalifah Umar berasal dari bani Adi, salah satu bagian suku Quraisy. Ayahnya bernama Khaththab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Kelahiran Umar merupakan suatu kejadian besar di kalangan suku Quraisy dikarenakan ayah Umar bin Khattab, Al-Khattab merupakan salah satu anggota termuka di tengah suku Quraisy yang mengawini Khantamak yang kemudian melahirkan Umar. Ibu Umar merupakan merupakan keturunan suku Quraisy pula, dengan demikian jelas bahwa Umar bin Khattab memiliki garis keturunan yang terhormat di kalangan Quraisy. Oleh karena itu, wajar jika kemudian kelak beliau menjadi orang yang berpengaruh di samping karena kepribadiannya sendiri.
Beliau lahir di Makkah tahun 581 Masehi. Umar masuk agama Islam pada usia 27 tahun. Beliau dilahirkan di Makkah, 40 tahun sebelum hijrah. Silsilahnya berkaitan dengan garis keturunan Nabi pada generasi ke delapan. Moyangnya memegang jabatan duta besar dan leluhurnya adalah pedagang. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah. Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu. Wataknya yang keras membuatnya mendapat julukan “Singa Padang Pasir”. Ia juga amat keras dalam membela agama tradisional bangsa Arab yang menyembah berhala serta menjaga adat-istiadat mereka. Umar Bin Khattab adalah satu dari khulafaurasyidin yang memimpin kekhalifahan Islam pasca wafatnya Baginda Rasululloh Muhammad SAW. Umar menjadi khalifah kedua menggantikan Abu Bakar Shidiq. Ia salah satu dari 17 orang Makkah yang terpelajar ketika kenabian dianugerahkan kepada Muhammad SAW.
v Masa Kecil dan Remaja
Semasa anak-anak Umar dibesarkan seperti layaknya anak-anak Kuraisy. Yang kemudian membedakannya dengan yang lain, ia sempat belajar baca-tulis, hal yang jarang sekali terjadi di kalangan mereka. Dari semua suku Kuraisy ketika Nabi diutus hanya tujuh belas orang yang pandai baca-tulis. Sekarang kita mengatakan bahwa dia termasuk istimewa di antara teman-teman sebayanya. Orang-orang Arab masa itu tidak menganggap pandai baca-tulis itu suatu keistimewaan, bahkan mereka malah menghindarinya dan menghindarkan anak-anaknya dari belajar. Sesudah Umar beranjak remaja ia bekerja sebagai gembala unta ayahnya di Dajnan atau di tempat lain di pinggiran kota Mekah. Sudah kita sebutkan ia bercerita tentang ayahnya serta tindakannya yang keras kepadanya saat ia menggembalakan untanya. Penulis al-'Iqdul Farid menyebutkan bahwa pada suatu hari Umar berkata kepada an-Nabigah al-Ja'di: Perdengarkanlah nyanyianmu kepadaku tentang dia. Lalu diperdengarkannya sebuah kata dari dia. "Engkau yang mengatakan itu?" tanyanya. "Ya." "Sering benar kau menyanyikan itu di belakang Khattab." Menggembalakan unta sudah merupakan kebiasaan di kalangan anak-anak Kuraisy betapapun tingkat kedudukan mereka. Beranjak dari masa remaja ke masa pemuda sosok tubuh Umar tampak berkembang lebih cepat dibandingkan teman-teman sebayanya, lebih tinggi dan lebih besar. Ketika Auf bin Malik melihat orang banyak berdiri sama tinggi, hanya ada seorang yang tingginya jauh melebihi yang lain sehingga sangat mencolok. Bilamana ia menanyakan siapa orang itu, dijawab: Dia Umar bin Khattab. Wajahnya putih agak kemerahan, tangannya kidal dengan kaki yang lebar sehingga jalannya cepat sekali. Sejak mudanya ia memang sudah mahir dalam berbagai olahraga: olahraga gulat dan menunggang kuda. Ketika ia sudah masuk Islam ada seorang gembala ditanya orang: Kau tahu si kidal itu sudah masuk Islam? Gembala itu menjawab: Yang beradu gulat di Pasar Ukaz? Setelah dijawab bahwa dia, gembala itu memekik: Oh, mungkin ia membawa kebaikan buat mereka, mungkin juga bencana.
v Penunggang Kuda
Dari antara berbagai macam olahraga, naik kuda itulah yang paling disukainya sepanjang hidupnya. Selama dalam pemerintahannya pernah ia datang dengan memacu kudanya sehingga hampir menabrak orang. Ketika mereka melihatnya, mereka heran. Apa yang membuat kalian heran? tanyanya. Aku merasa cukup segar lalu kukeluarkan seekor kuda dan kupacu. Dalam perang juga dia memegang peranan penting, yang diwarisinya dari pihak saudara-saudara ibunya Banu Makhzum. Ketika dalam sakitnya yang terakhir Abu Bakr sudah berkata: "Tatkala aku mengirim Khalid bin alid ke Syam aku bermaksud mengirim Umar Ibn Sa'd menuturkan dalam at-Tabaqat: "Orang itu lebih tinggi tiga depa. Siapa dia?" Dijawab: Umar bin Khattab ke Irak. Ketika itu sudah kubentangkan kedua tanganku demi di jalan Allah." Di samping kemahirannya dalam olahraga berkuda, adu gulat dan berbagai olahraga lain, apresiasinya terhadap puisi juga tinggi dan suka mengutipnya. la suka mendengarkan para penyair membaca puisi di Ukaz dan di tempat-tempat lain. Banyak syair yang sudah dihafalnya dan membacanya kembali mana-mana yang disenanginya, di samping kemampuannya berbicara panjang mengenai penyair-penyair al-Hutai'ah, Hassan bin Sabit, az-Zibriqan dan yang lain. Pengetahuannya yang cukup menonjol mengenai silsilah (genealogi) orang-orang Arab yang dipelajarinya dari ayahnya, sehingga ia menjadi orang paling terkemuka dalam bidang ini. Retorikanya baik sekali dan ia pandai berbicara. Karena semua itu ia sering pergi menjadi utusan Kuraisy kepada kabilah-kabilah lain, dan dalam menghadapi perselisihan kepemimpinannya disukai seperti kepemimpinan ayahnya dulu.
Seperti pemuda-pemuda dan laki-laki lain di Mekah, Umar gemar sekali meminum khamar (minuman keras) sampai berlebihan. Bahkan barangkali melebihi yang lain. Juga waktu mudanya itu ia tergila-gila kepada gadis-gadis cantik, sehingga para penulis biografinya sepakat bahwa dia ahli minuman keras dan ahli mencumbu perempuan. Tetapi yang demikian ini memang sudah menjadi kebiasaan masyarakatnya. Penduduk Mekah memang sangat tergila-gila pada minuman keras. Dalam suasana teler demikian mereka merasa sangat nikmat. Perempuan-perempuan hamba sahaya milik mereka menjadi sasaran kenikmatan mereka, juga mereka yang di luar hamba sahaya. Syairsyair mereka zaman jahiliah pandai sekali berbicara mengenai soal-soal semacam itu. Sesudah datang Islam, yang terkenal dalam soal ini penyair Umar bin Abi Rabi'ah dan yang semacamnya. Puisi-puisi mereka biasa menggoda gadis-gadis Mekah dengan dorongan cinta berahi yang mereka warisi dari ibu-ibu dan bibi-bibi mereka. Dalam Islam hal ini dipandang perbuatan dosa, sedang sebelum itu dianggap soal biasa.
v Istri-istri Umar
Sesudah masa mudanya mencapai kematangan, Umar terdorong ingin menikah. Kecenderungan banyak kawin ini sudah diwarisi dari masyarakatnya dengan harapan mendapat banyak anak. Dalam hidup nya itu ia mengawini sembilan perempuan yang kemudian memberikan keturunan dua belas anak, delapan laki-laki dan empat perempuan. Dari perkawinannya dengan Zainab putri Maz'un lahir Abdur-Rahman dan Hafsah; dengan Umm Kulsum putri Ali bin Abi Talib lahir Zaid yang lebih tua (senior) dan Ruqayyah; dengan Umm Kulsum binti Jarul bin Malik lahir Zaid yang lebih muda (junior) dan Ubaidillah. Islam telah memisahkan Umar dengan Umm Kulsum putri Jarul. Ia kawin dengan Jamilah binti Sabit bin Abi al-Aflah maka lahir Asim. Nama Jamilah yang tadinya Asiyah2, oleh Nabi diganti: Sebenarnya engkau Jamilah, kata Nabi. Perkawinannya dengan Umm Hakam putri al-Haris bin Hisyam bin al-Mugirah melahirkan Fatimah. Dari perkawinannya dengan Atikah binti Zaid bin Amr lahir Iyad. Luhayyah, hamba sahaya ibu Abdur-Rahman anaknya yang menengah. Dari Fukaihah yang juga hamba sahaya yang telah melahirkan Zaid, anaknya yang bungsu. Kalangan sejarawan masih berbeda pendapat mengenai nama ibu Abdur-Rahman junior, ibunya seorang juga seorang hamba sahaya. Kalangan sejarawan masih berbeda pendapat mengenai nama ibunya itu. Umar kawin dengan empat perempuan di Mekah, dan yang perempuan kclima setelah hijrah ke Medinah. Tetapi ia tidak sampai mengumpulkan mereka di rumahnya. Kita sudah melihat Islam yang telah memisahkannya dari Umm Kulsum binti Jarul, dan perempuanperempuan yang lain diceraikannya. Mereka yang diceraikan itu Umm Hakam binti al-Haris bin Hisyam dan Jamilah yang telah melahirkan Asim. Kalau ia masih akan berumur panjang niscaya ia masih akan kawin lagi selain kesembilan perempuan itu. Ia melamar Umm Kulsum putri Abu Bakr sewaktu masih gadis kecil, sementara ia sudah memegang pimpinan umat. Ia memintanya kepada Aisyah saudaranya, Aisyah Ummulmukminin menanyakan adiknya itu tetapi ia menolak dengan mengatakan bahwa Umar hidupnya kasar dan sangat keras terhadap perempuan. Juga ia pernah melamar Umm Aban binti Utbah bin Rabi'ah, yang juga menolak dengan mengatakan bahwa dia kikir, keluar masuk rumah dengan muka merengut. Apa yang dikatakan Umm Kulsum binti Abu Bakr tentang wataknya yang keras dan kasar, dan apa yang dikatakan Umm Aban bahwa ia selalu bermuka masam dan hidupnya yang serba keras, merupakan sebagian dari wataknya yang sejak masa mudanya, dan kemudian tetap begitu dalam perjalanan hidup selanjutnya.
Sesudah menjadi khalifah, maka dalam doa pertamanya ia berkata: "Allahumma ya Allah, aku sungguh tegar, maka lunakkanlah hatiku. Ya Allah, aku ini lemah, berilah aku kekuatan. Ya Allah aku sungguh kikir jadikanlah aku orang pemurah." Sejak mudanya ia sudah mewarisi sikap keras dan kasar itu dari ayahnya, kemudian didukung pula oleh tubuhnya yang tetap kekar dan kuat. Mengenai apa yang disebutnya kebakhilan, karena ia memang tak pernah kaya, dan ayahnya juga tak pernah menjadi orang kaya. Sepanjang hidupnya ia dalam keadaan sederhana. padahal, seperti kebanyakan penduduk Mekah ia juga berdagang. Barangkali wataknya yang keras itu yang membuatnya tak pernah beruntung dalam perdagangan, seperti rekan-rekannya yang lain. Dengan watak kerasnya dalam perdagangan ia tak pernah dapat mengeluarkan air dari batu, tak pernah ia dapat mengubah tanah menjadi emas, demikian ungkapan masyarakatnya sendiri, Kuraisy. Di samping itu. dalam perdagangan pun ia tak terbatas hanya pada perjalanan musim panas dan musim dingin ke Yaman dan ke Syam saja, bahkan ia pergi sampai ke Persia dan Rumawi. Tetapi dalam perjalanan itu ia mengutamakan untuk mencerdaskan pikirannya daripada untuk mengembangkan perdagangannya. Dalam Muruj az-Zahab al-Mas'udi menyebutkan bahwa selama dalam pelbagai perjalanan di masa jahiliah itu Umar banyak menemui pemuka-pemuka Arab dan bertukar pikiran dengan mereka. Kemungkinan besar segala yang sudah dilakukannya dalam kapasitasnya sebagai utusan dari pihak Kuraisy, dan luasnya pengetahuannya mengenai silsilah orang-orang Arab dan cerita-cerita rakyat masyarakat Arab serta apa yang diketahuinya dari buku-buku yang dibacanya masa itu, itulah membuatnya lebih banyak untuk menambah ilmu daripada untuk memperoleh kekayaan.
v Pendidikan dan Konsep Pemikirannya
Inilah yang membuatnya lebih percaya diri dan lebih punya rasa harga diri. Orang yang berharta selalu perlu menjaga hubungan baik dengan semua orang, untuk melindungi dan memperbesar kekayaannya. Orang yang dalam usaha perdagangan, keberhasilannya bergantung pada kelihaian serta menguasai segala seluk beluknya. Tetapi orang yang haus ilmu dan ingin menambah pengetahuannya, harta kekayaan tak banyak mendapat perhatian, sebab orang yang sudah keranjingan harta cenderung tidak memperhatikan ilmu dan lebih banyak menggantungkan diri pada masalah-masalah dunia dan tunduk pada yang lebih menguasainya. Tetapi orang yang memandang dunia dan harta itu rendah dan memburu ilmu dan pengetahuan lebih membanggakan diri, sampai-sampai ia mau menjauhi orang, maka ia tidak akan tertarik pada segala yang ada di tangan mereka karena ia sudah lebih tinggi dari semua mereka. Tingkat ini yang belum dicapai Umar di masa mudanya. Rasa bangga dan percaya diri yang luar biasa itu, itulah yang benarbenar dihayatinya. Usaha Umar dalam memburu pengetahuan membuatnya sejak mudanya ia memikirkan nasib masyarakatnya dan usaha apa yang akan dapat memperbaiki keadaan mereka. Ini juga kemudian yang membuatnya bangga, bersikeras dan menjadi fanatik dengan pendapatnya sendiri tentang tujuan yang ingin dicapainya itu. Ia tidak mau dibantah atau berdebat. Karena sikap keras dan ketegarannya itu sehingga dengan fanatiknya ia berlaku begitu sewenang-wenang. Ia akan mempertahankan pendapatnya dengan tangan besi dan dengan ketajaman lidahnya. Tetapi yang demikian ini bukan tidak mungkin akan mengubah pendapat orang lain yang dihadapinya untuk menjadi bukti kuat dalam pembelaannya dan untuk mematahkan alasan lawan. Pandangan orang mengenai masalah-masalah ekonomi dan sosial di Mekah dan di negeri-negeri Arab lainnya tidak banyak berbeda. Sudah biasa beraneka ragam pendapat mereka mengenai masalah-masalah tersebut, yang memang sudah mereka warisi dari nenek moyang, dan sudah menjadi pegangan hidup mereka. Dengan begitu mereka sudah cukup puas. Tetapi pertentangan yang masih timbul mengenai agama dan peribadatannya. Soalnya, orang-orang Nasrani dan Yahudi yang tinggal bersama mereka tidak mengakui penyembahan berhala demikian, yang mereka anggap sebagai perbuatan batil. Setiap orang yang berpikiran sehat harus menjauhinya. Orang-orang Arab yang dalam perjalanan musim panas ke daerah Rumawi menganggap peradaban orangorang Nasrani dan Yahudi itu lebih maju dari peradaban orang Arab, dan mereka menghubungkan kemajuan itu dengan agama mereka. Di samping itu, para penginjil Nasrani waktu itu sangat giat sekali dalam menyebarkan misi dan mengajak orang menganut agama mereka, sama dengan kegiatan mereka sekarang. Oleh karena itu beberapa orang Arab yang mempunyai pengetahuan tidak mengakui penyembahan berhala.
Sebagai orang yang sudah pandai baca-tulis, adakah juga Umar mau mengikuti mereka dan meninggalkan kepercayaan masyarakatnya? Tidak! Malah dengan sengitnya ia menyerang mereka. la berpendapat orang yang meninggalkan kepercayaan masyarakatnya telahmerusak sendi-sendi pergaulan masyarakat Arab. Ia menganggap perlu memerangi dan menghancurkan mereka supaya tidak berakar dan berkembang. Dalam hal ini fanatiknya terhadap penyembahan berhala barangkali tidak seberat fanatiknya terhadap masyarakatnya itu, ingin bertahan dengan sistem yang sekarang ada dengan segala keutuhan dan ketahanannya terhadap golongan lain.
v Umar Bin Khattab Masuk Islam
Umar bin Khattab, sebelum memeluk Islam merupakan orang yang sangat benci dengan ajaran baru yang dibawa oleh Nabi Muhammmad. Ketika Umar berusia 27 tahun , Nabi dengan misi risalahnya mampu mempengaruhi keluarga Umar bin Khattab untuk memeluk Islam. Di antara keluarga Umar bin Khattab yang telah mendapat hidayah dan memeluk Islam adalah Sa’ad bin Zaid, yang merupakan saudara ipar Umar yang telah menikah dengan adik Umar yang bernama Fatimah, yang juga memeluk Islam. Nu’ami bin Abdullah, juga merupakan salah seorang anggota keluarga Umar yang cukup kharismatik telah menyatakan keIslamannya. Kondisi demikian memberikan pengaruh tersendiri terhadap Umar bin Khattab, sehingga tidak aneh jika Umar merasa geram dengan anggota keluarganya yang telah meninggalkan ajaran nenek moyangnya. Kemarahan Umar bin Khattab tampaknya tidak saja tertuju kepada kelurganya, tetapi juga kepada penyebab utama sehigga keluarganya meninggalkan ajaran lama. Menurut umar, penyebab itu tidak lain adalah Muhammad saw yang telah mengembangkan misinya di daerah Arab. Oleh karena itu, tidak heran jika Umar adalah seorang yang paling keras memusuhi kaum muslim.
Setelah ia menyaksikan keluarga dan sebagian orang Arab menyatakan masuk Islam maka terjadi dialog pemikiran dalam dirinya, dialog itu seperti perenungan yang kadang kala menjadi peperangan untuk menentukan dan mencari hakekat kebenaran. Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi. Waktu itu Nabi membaca surat al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Seorang pemuda yang gagah perkasa berjalan dengan langkah yang mantap mencari Nabi hendak membunuhnya. Ia sangat membenci Nabi, dan agama baru yang dibawanya. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seseorang yang bernama Naim bin Abdullah yang menanyakan tujuan perjalanannya tersebut. Kemudian diceritakannya niatnya itu. Dengan mengejek, Naim mengatakan agar ia lebih baik memperbaiki urusan rumah tangganya sendiri terlebih dahulu. Seketika itu juga pemuda itu kembali ke rumah dan mendapatkan ipar lelakinya sedang asyik membaca kitab suci Al-Qur’an. Langsung sang ipar dipukul dengan ganas, pukulan yang tidak membuat ipar maupun adiknya meninggalkan agama Islam. Pendirian adik perempuannya yang teguh itu akhirnya justru menentramkan hatinya dan malahan ia memintanya membaca kembali baris-baris Al-Qur’an. Permintaan tersebut dipenuhi dengan senang hati. Umar bin Khattab berkata, 'Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah. Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis, 'Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar." Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Kandungan arti dan alunan ayat-ayat Kitabullah ternyata membuat si pemuda itu begitu terpesonanya, sehingga ia bergegas ke rumah Nabi dan langsung memeluk agama Islam. Begitulah pemuda yang bernama Umar bin Khattab, yang sebelum masuk Islam dikenal sebagai musuh Islam yang berbahaya, di kenal sebagai salah satu tokoh Quraisy yang menentang ajaran Islam. Ia bahkan sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluk-pemeluk Islam. Dengan rahmat dan hidayah Allah, Islam telah bertambah kekuatannya dengan masuknya seorang pemuda yang gagah perkasa. Ketiga bersaudara itu begitu gembiranya, sehingga mereka secara spontan mengumandangkan “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar). Gaungnya bergema di pegunungan di sekitarnya.
Dengan masuknya Umar ke dalam agama Islam, kekuatan kaum Muslimin makin bertambah tangguh. Ia kemudian menjadi penasehat utama Abu Bakar selama masa pemerintahan dua setengah tahun. Ketika Abu Bakar mangkat, ia dipilih menjadi khalifah Islam yang kedua, jabatan yang diembannya dengan sangat hebat selama sepuluh setengah tahun. Setelah Umar Masuk Islam, posisi Nabi Muhammad makin kuat. Umar adalah seorang panglima perang dan terlibat langsung dalam berbagai peperangan seperti perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Setelah Umar menjadi khalifah, kekuasaan Islam tumbuh sangat pesat mencakup wilayah Mesopotamia (Iraq) dan sebagian Persia Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara. Pengaruh Islam juga melebar ke Armenia setelah merebutnya dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja. Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat. Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Ajaran-ajaran Nabi telah mengubah suku-suku bangsa Arab yang suka berperang menjadi bangsa yang bersatu, dan merupakan suatu revolusi terbesar dalam sejarah manusia. Dalam masa tidak sampai 30 tahun, orang-orang Arab yang suka berkelana telah menjadi tuan sebuah kerajaan terbesar di waktu itu. Prajurit-prajuritnya melanda tiga benua terkenal di dunia, dan dua kerajaan besar Caesar (Romawi) dan Chesroes (Parsi) bertekuk lutut di hadapan pasukan Islam yang perkasa. Nabi telah meninggalkan sekelompok orang yang tidak mementingkan diri, yang telah mengabdikan dirinya kepada satu tujuan, yakni berbakti kepada agama yang baru itu. Salah seorang di antaranya adalah Umar al-Faruq, seorang tokoh besar, di masa perang maupun di waktu damai. Tidak banyak tokoh dalam sejarah manusia yang telah menunjukkan kepintaran dan kebaikan hati yang melebihi Umar, baik sebagai pemimpin tentara di medan perang, maupun dalam mengemban tugas-tugas terhadap rakyat serta dalam hak ketaatan kepada keadilan. Kehebatannya terlihat juga dalam mengkonsolidasikan negeri-negeri yang telah di taklukkan. Islam sempat dituduh menyebarluaskan dirinya melalui ujung pedang. Tapi riset sejarah modern yang dilakukan kemudian membuktikan bahwa perang yang dilakukan orang Muslim selama kekhalifahan Khulafaurrosyidin adalah untuk mempertahankan diri.
v Pengangkatan Umar bin Khattab sebagai Khalifah
Sewaktu Abu Bakar jatuh sakit dan terbaring selama 15 hari di tempat tidur, beliau merasakan bahwa kemampuannya dalam memimpin tidak bertahan lama lagi sehingga ia ingin mencalonkan seseorang sebagai penggantinya, pemikiran seperti itu didasarkan atas kepentingan terhadap umat yang memerlukan kepemimpinan dan mencegah terjadinya perpecahan. Untuk itulah beliau membentuk satu tim untuk memberikan penilaian terhadap orang yang akan dipilih oleh Abu Bakar sebagai penggantinya. Meskipun dari pengalamannya, Abu Bakar benar-benar yakin bahwa tidak ada seorang pun kecuali Umar bin Khattab yang dapat bertanggung jawab terhadap kekhalifahan yang berat itu, namun karena beliau ingin menerapkan sistem musyawarah dan demokrasi, maka beliau meminta pendapat umum melalui tokoh-tokoh masyarakat yang dapat mewakili aspirasi masyarakat umum.
Untuk mewujudkan hal tersebut, beliau menunjuk tim yang terdiri dari Usman bin Affan, Abd al-Rahman bin Auf, Ali bin Abi Thalib dan lain-lain untuk menyepakati pilihan Abu Bakar tentang Khalifah yang akan menggantinya. Pada saat itu semua sepakat untuk memilih Umar sebagai khalifah. Kemudian Abu Bakar memanggil Utsman bin Affan untuk menulis wasiat kepada Umar bin khattab. Adapun isi wasiat tersebut adalah sebagai berikut: ”Bismillahir-rahmanir-rahim. Ini adalah surat wasiat Abu Bakar pada akhir hayatnya di dunia dan bersiap-siap menuju akhirat, saat-saat di mana orang-orang musyrik beriman dan yang berdosa merasa takut. Saya bertindak menetapkan Umar bin Khattab sebagai khalifahmu. Jika dia bertindak adil dan penuh kasih sayang, itulah yang saya ketahui dirinya dan jika dia dzalim dan tidak adil pada waktu itu, aku tidak dapat meramalkan apa yang tidak dapat dilihat. Saya menginginkan hal yang terbaik untukmu sekalian dengan hal ini dan kepada setiap orang tentang perubahan nasib mereka yang akan terjadi”.
Ketika wasiat itu dibaca di hadapan masyarakat, mereka mendengarkan dengan seksama dan mentaati seluruh isi dari wasiat yang dibacakan tersebut. Abu Bakar ketika itu juga sempat menanyakan kerelaan masyarakat tentang penunjukan Umar bin Khattab sebagai khalifah, masyarakat menyatakan bahwa apa yang dilakukan Umar adalah tepat dan mereka restui.
B. Masa Kepemimpinan Umar Bin Khattab
v Abu Bakar menunjuk Umar sebagai pengganti
Pagi itu ia memanggil Abdur-Rahman bin Auf dan ia menanyakan tentang Umar. "Dialah yang mempunyai pandangan terbaik, tetapi dia terlalu keras," kata Abdur-Rahman. "Ya, karena dia melihat saya terlalu lemah lembut," kata Abu Bakr. "Kalau saya menyerahkan masalah ini ke tangannya, tentu banyak sifatnya yang akan ia tinggalkan. Saya perhatikan dan lihat, kalau saya sedang marah kepada seseorang karena sesuatu, dia meminta saya bersikap lebih lunak, dan kalau saya memperlihatkan sikap lunak, dia malah meminta saya bersikap lebih keras." Setelah Abdur-Rahman keluar ia memanggil Usman bin Affan dan ditanyanya tentang Umar. "Semoga Allah telah memberi pengetahuan kepada saya tentang dia," kata Usman, "bahwa isi hatinya lebih baik dari lahirnya. Tak ada orang yang seperti dja di kalangan kita." Sesudah Usman pergi Abu Bakr meminta pendapat Sa'id bin Zaid dan Usaid bin Hudair dan yang lain, baik Muhajirin maupun Ansar. Ia ingin sekali mereka seia sekata tentang kekhalifahan Umar. Beberapa orang sahabat Nabi ketika mendengar saran-saran Abu Bakr mengenai penunjukan Umar sebagai khalifah, mereka merasa khawatir mengingat bawaan Umar memang begitu keras dan karena kekerasannya itu umat akan terpecah belah. Mereka sependapat akan memohon kepada Khalifah untuk menarik kembali maksudnya itu. Sesudah meminta izin mereka masuk menemuinya, dan Talhah bin Ubaidillah yang berkata: "Apa yang akan Anda katakan kepada Tuhan kalau Anda ditanya tentang keputusan Anda menunjuk Umar sebagai pengganti, yang akan memimpinkami. Sudah Anda lihat bagaimana ia menghadapi orang padahal Anda ada di sampingnya. Bagaimana pula kalau sudah Anda tinggalkan?!" Mendengar itu Abu Bakr marah dan berteriak kepada keluarganya:Dudukkan saya. Sesudah didudukk an ia berkata, dengan air muka yang masih memperlihatkan kemarahan: "Untuk urusan Allah kalian mengancam saya?! Akan kecewalah orang yang menyuruh berbuat kezaliman! Saya berkata: Demi Allah, saya telah menunjuk pengganti saya yang akan memimpin kalian, dialah orang yang terbaik di antara kalian!" Kemudian ia menujukan kata-katanya kepada Talhah: "Sampaikan kepada orang yang di belakang Anda apa yang saya katakan kepada Anda ini!"Abu Bakr merasa sangat letih karena percakapan itu. Dengansenang hati orang sudah sepakat tentang kekhalifahan Umar. Semalaman itu ia tak dapat tidur. Keesokan harinya datang Abdur-Rahman binAuf menemuinya setelah saling memberi hormat. Abu Bakr berkata,seolah kejadian kemarin itu masih melelahkannya: "Saya menyerahkanpersoalan ini kepada orang yang terbaik dalam hatiku. Tetapi kalian,merasa kesal karenanya, menginginkan yang lain." Abdur-Rahman menjawab: "Tenanglah, semoga Allah memberi rahmat kepada Anda. Hal ini akan membuat Anda sangat letih. Dalam persoalan ini ada dua pendapat orang: orang yang sependapat dengan Anda berarti ada di pihak Anda, dan orang yang berbeda pendapat dengan Anda berarti mereka juga memberikan perhatian kepada Anda. Kawan Anda ialah yang Anda senangi. Yang kami ketahui Anda hanya mencari yang terbaik, dan Anda masih tetap berusaha ke arah itu." Merasa tidak cukup hanya bermusyawarah dengan orang-orang bijaksana di kalangan Muslimin, terutama setelah ada pihak yang menentang, dari dalam kamar di rumahnya itu Abu Bakr menjenguk kepada orang-orang yang ada di Masjid, dan berkata kepada mereka: "Setujukah kalian dengan orang yang dicalonkan menjadi pemimpin kalian? Saya sudah berijtihad menurut pendapat saya dan tidak saya mengangkat seorang kerabat. Yang saya tunjuk menjadi pengganti adalah Umar bin Khattab. Patuhi dan taatilah dia!" Mereka menjawab: "Kami patuh dan taat." Ketika itu ia mengangkat tangan ke atas seraya berkata: "Ya Allah, yang kuinginkan untuk mereka hanyalah yang terbaikuntuk mereka. Aku khawatir mereka dilanda kekacauan. Aku sudah bekerja untuk mereka dengan apa yang sudah lebih Kauketahui. Setelah aku berijtihad dengan suatu pendapat untuk mereka, maka untuk memimpin mereka kutempatkan orang yang terbaik di antara mereka, yang terkuat menghadapi mereka dan paling berhati-hati agar mereka menempuh jalan yang benar." Setelah orang banyak mendengar doanya itu apa yang dilakukannya mereka makin yakin. Kemudian Abu Bakr memanggil Umar dengan pesan dan wasiat supaya perang di Irak dan Syam diteruskan dan jangan bersikap lemah lembut, juga diingatkannya kewajiban orang yang memegang tampuk pimpinan umat untuk selalu berpegang pada kebenaran, dan bahwa di samping menyebutkan ayat kasih sayang Allah juga menyebutkan ayat tentang azab, supaya pada hamba-Nya ada harapan dan rasa takut. Yang diharapkan dari Allah hanyalah kebenaran. Jika wasiat ini dijaga, tak ada perkara gaib yang lebih disukai daripada kematian, dan kehendak Allah tak akan dapat dikalahkan. Sesudah Abu Bakr selesai berwasiat Umar keluar, pikirannya dipadati oleh persoalan ini belaka, yang sekarang dipikulkan ke pundaknya. Harapannya sekiranya Abu Bakr sembuh dari sakitnya untuk menghadapi peristiwa yang sangat gawat ini. Tetapi tanggung jawab yang dipikulkan ke bahunya itu akan diterimanya tanpa ragu bila waktunya sudah tiba. Itulah tanggung jawab besar dan beban yang sungguh berat. Tetapi siapa orang yang seperti Umar bin Khattab yang akan dapat memikul tanggung jawab ini? Umar tampil dengan segala kemauan dan kekuatannya. Ia melepaskan dunia ini sesudah penyebaran Islam sampai ke Persia, Syam dan Mesir dan sebuah kedaulatan Islam dengan dasar yang sangat kukuh berdiri.
Abu Bakar wafat Senin petang setelah matahari terbenam 21 Jumadilakhir tahun ke-13 sesudah hijrah (22 Agustus 832 M.). Setelah malam tiba jenazahnya dimandikan dan dibawa ke Masjid di tempat pembaringan yang dulu dipakai Rasulullah, disalatkan dan dibawa ke makam Rasulullah. Ia dimakamkan dalam lahad di samping Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam, kepalanya di arah bahu Rasulullah dan lahad dengan lahad itu berdampingan. Pemakaman dilakukan oleh Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Talhah bin Ubaidillah dan Abdur-Rahman bin Abu Bakr.
v Pelantikan Umar dan Mobilisasi ke Irak
Umar sudah menyelesaikan tugasnya yang terakhir terhadap Khalifah pertama. la keluar dari liang lahad di rumah Aisyah itu dan setelah memberi salam kepada sahabat-sahabatnya ia kembali pulang ke rumahnya lewat tengah malam. Ia masuk ke tempat tidur dengan pikiran apa yang hendak dilakukannya besok. Pagi-pagi besok umat akan membaiatnya untuk tugas mengurus mereka. la akan menghadapi mereka yang menyetujui pencalonannya karena terpaksa, lalu menghadapi situasi perang yang amat pelik di Irak dan Syam. Lalu apa yang harus dilakukannya untuk mengatasi kedua masalah itu, padahal kedua tempat tersebut merupakan kawasan yang paling berbahaya dalam sejarah kedaulatan yang baru tumbuh itu. Posisi Muslimin di Irak dan Syam ketika itu memang sangat sulit. Kekuatan pasukan Muslimin di Syam sudah tak berdaya berhadapan dengan pasukan Rumawi. Abu Bakr ingin menyelamatkannya dengan mengirimkan Khalid bin Walid bersama sejumlah personel dari pasukan Irak. Sungguhpun sudah dengan mengerahkan pasukan di bawah pimpinan Khalid, namun belum ada juga berita kepada pihak Muslimin di Medinah yang memberi harapan kemenangan, setidak-tidaknya berita tentang keadaan mereka. Dengan keberangkatan Khalid dan pasukannya sebagian ke Syam pasukan Muslimin di Irak jadi lemah. Al-Musanna bin Harisah asy-Syaibani dengan segala kemahiran dan kemampuannya, tak dapat mempertahankan apa yang sudah diperoleh Muslimin dari daerah Sawad1 Irak. Malah ia kembali ke Hirah dan bertahan di sana. Memang ia dan pasukannya sudah dapat mengalahkan pasukan Persia yang dikirimkan Syahriran anak Ardasyir dan dipimpin oleh Ormizd Jadhuweh di reruntuhan Babel sehingga mereka terusir kalah. Tetapi sesudah kemenangannya ini Musanna hanya bertahan di posisinya semula, karena khawatir akan disergap musuh, dengan keyakinan bahwa kendati ia dapat mengadakan perlawanan tetapi tak akan dapat maju. Bahkan perlawanannya itu pun sudah sangat sulit jika keadaan di istana Persia sudah kembali tenang dan tidak lagi bergejolak. Ia menulis surat kepada Abu Bakr meminta izin akan meminta bantuan kaum pembangkang (kaum Riddah) yang sudah jelas-jelas bertobat. Tetapi dulu Abu Bakar sudah melarang meminta bantuan mereka dalam perang.
Sesudah lama menunggu jawaban Khalifah, ia menunjuk Basyir bin al- Khasasiah menggantikannya di Irak. Dia sendiri berangkat ke Medinah akan melaporkan keadaannya secara lebih terinci, dan akan mempertahankan pendapatnya tentang kepergiannya dari sana. Ya, bagaimana Umar harus menghadapi semua ini? Soal inilah dan segala yang berhubungan dengan ini yang menggoda pikirannya malam itu, dengan permohonan kepada Allah agar diberi jalan keluar dan menunjukinya ke jalan yang benar. Apabila pagi besok tiba ia akan melihat Musanna berada di barisan depan. Musanna akan meminta izin kepadany seperti permintaannya dulu kepada Abu Bakr — agar mendapat bantuan orang-orang yang dulu pernah membangkang dan kini sudah memperlihatkan tobatnya, dan akan diulanginya bahwa yang diharapkan kaum murtad yang sudah bertobat itu hanya harta rampasan perang. Dalam berperang sebenarnya tak ada yang dapat menandingi semangat mereka. Mengenai Irak Abu Bakr sudah berwasiat kepada Umar dan harus dilaksanakan tatkala ia memanggilnya dan berkata: "Umar, perhatikan apa yang saya katakan ini dan laksanakanlah. Saya kira saya akan mati hari ini juga. Kalau saya mati, sebelum petang ini mobilisasi harus sudah Anda laksanakan dan berangkatkan bersama Musanna. Jika tertunda sampai malam, begitu tiba waktu pagi mobilisasi harus sudah terlaksana dan berangkatkan bersama Musanna. Jika Allah memberi kemenangan di Syam tarik kembali pasukan Khalid ke Irak. Mereka penduduk sana dan yang menguasainya. Mereka orang-orang yang suka ketagihan dan pemberani." Akan dilaksanakankah mobilisasi bersama Musanna atau biar saja ia meminta bantuan kaum murtad yang sudah jelas bertobat? Ia khawatir orang akan menjadi tak acuh jika dikerahkan sesudah melihat teman-teman yang di Syam tak dapat maju dan melihat Musanna di Medinah dalam ketakutan melihat Persia dan kekejamannya. Tetapi Muslimin tak akan bertahan di Irak jika pasukan mereka tidak diperkuat dengan perlengkapan yang benar-benar tangguh. Samasekali tak pernah terpikir oleh Musanna akan menarik pasukannya dari daerahdaerah itu. Dia yang dulu mendorong Abu Bakr supaya menyerangnya, dia pula yang mendahului Khalid dan yang lain ke sana. Tidak mudah buat dia akan menarik diri dari suatu negeri yang dia sendiri memelopori penyerangannya, dan akan keluar dari sana padahal ia yakin benar akan kemampuannya dapat membebaskan daerah tersebut. Kalau Umar memasoknya dengan kaum murtad yang sudah bertobat, niscaya kemenangan akan membawanya sampai ke takhta Persia. Juga tak pernahkah terpikir oleh Umar akan menarik diri dari Irak? Abu Bakr mencalonkannya menjadi khalifah karena kepercayaannya bahwa dari kalangan Muslimin dialah yang paling mampu meneruskan kebijakan politiknya, dan untuk meneruskan politik ini tak ada jalan lain harus dijalankan dengan tegas, wasiat Abu Bakr harus dilaksanakan dengan mengadakan mobilisasi pemberangkatan bersama Musanna, dan pasukan Muslimin di Syam harus diperkuat. Adakah pemuka-pemuka Muslimin dan sahabat-sahabat Rasulullah yang tidak setuju dengan pencalonannya sebagai khalifah mau membantunya dengan tulus hati? Kalau mereka masih maju mundur hendak membantunya apa yang harus diperbuatnya? Dan apa pula pengaruh keraguan mereka terhadap orang-orang Arab serta kesetiaan mereka kepada Medinah? Ya, hanya dengan politik yang tegas itu sajalah yang akan memberikan jalan keluar dari situasi ini. Dan ketegasan itu tidak akan mengurangi sifat Umar. Ambillah keputusan yang pasti, dan bertawakal kepada Allah. Malam itu Umar cukup lelah memikirkan semua ini.
Paginya ia menemui orang-orang di Masjid. Mereka menyambutnya sudah siap akan membaiatnya, kesiapan yang membuat gejolak hatinya terasa lebih tenteram. Apabila waktu lohor sudah tiba dan orang sudah berdatangan akan melaksanakan salat, Umar menaiki mimbar, tangga demi tangga yang biasa dipakai oleh Abu Bakr. Sesudah mengucapkan hamdalah dan salawat kepada Nabi, dan setelah menyebut tentang Abu Bakr serta jasanya, ia berkata: "Saudara-saudara! Saya hanya salah seorang dari kalian. Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah saya pun akan enggan memikul tanggung jawab ini." Dia mengucapkan kata-kata itu dengan rasa haru, dengan rendah hati dan sangat berhati-hati — yang Ayyuhan-nas, harfiah, "Wahai semua orang." dinilai orang sebagai pertanda tepatnya firasat Abu Bakr — dengan pandangan yang jauh dalam mencalonkan penggantinya. Mereka memuji sikap Umar itu, lebih-lebih setelah mereka melihatnya menengadah ke atas sambil berkata: "Allahumma ya Allah, aku ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku! Allahumma ya Allah, saya sangat lemah, maka berilah saya kekuatan! Allahumma ya Allah, aku ini kikir, jadikanlah aku orang dermawan bermurah hati!" Umar berhenti sejenak, menunggu orang lebih tenang lagi. Kemudian sambungnya: "Allah telah menguji kalian dengan saya, dan menguji saya dengan kalian. Sepeninggal sahabatku, sekarang saya yang berada di tengahtengah kalian. Tak ada persoalan kalian yang harus saya hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain selain saya, dan tak ada yang tak hadir di sini lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau mereka berbuat baik akan saya balas dengan kebaikan, tetapi kalau melakukan kejahatan terimalah bencana yang akan saya timpakan kepada mereka."
Selesai berpidato Umar turun dari mimbar lalu mengimami salat. Selesai salat ia menoleh kepada mereka dan mengumumkan mobilisasi ke Irak dengan Musanna. Disebutkan juga wasiat Abu Bakr mengenai hal ini. Mendengar seruan Khalifah, mereka berpandang-pandangan satu sama lain tetapi tak ada yang menyambut seruan itu, seolah mereka teringat apa yang telah menimpa saudara-saudara mereka di Syam. Mereka tak ingin yang demikian akan terulang menimpa mereka lagi. Bukankah Abu Bakr sudah mengajak mereka untuk menyerbu Syam, tetapi mereka masih maju mundur, lalu ketika itu Umar berteriak kepada mereka: "Kaum Muslimin sekalian, mengapa kalian tidak menjawab seruan Khalifah yang mengajak kalian untuk hal-hal yang akan menghidupkan iman kalian?" Kemudian baru mereka mau memenuhi seruan itu, dan mereka pun berangkat untuk menghadapi Heraklius dan pasukannya. Termasuk di antara mereka Abu Ubaidah bin Jarrah, Amr bin As, Yazid bin Abi Sufyan dan beberapa orang sahabat, diikuti oleh para amir dan para pahlwan dari segenap penjuru Semenanjung. Dalam berhadapan dengan pihak Rumawi mereka tak dapat mengalahkan. Juga Khalid bin Walid setelah membuat pihak Persia porak poranda dengan serangkaian kemenangannya di Irak, telah diperbantukan kepada mereka. Akan lebih baikkah nasib mereka jika seruan Umar itu mereka penuhi dan mereka berangkat bersama Musanna ke Irak? Ataukah posisi mereka di sana dalam menghadapi Persia akan sama saja dengan sahabat-sahabat mereka menghadapi pasukan Heraklius di Syam? Tak ada dari mereka yang mengharapkan Umar mengembalikan Khalid ke Irak karena mereka tahu citra Umar terhadap jenderal itu. Mereka masih ingat sikapnya terhadap peristiwa Malik bin Nuwairah. Musanna bin Harisah memang seorang jenderal besar yang tak disangsikan lagi, tetapi dia bukan dari Kuraisy dan tidak pula termasuk sahabat Rasulullah. Dia dari kabilah Banu Bakr bin Wa'il. Di samping itu, tatkala Khalid meninggalkan Irak ke Syam, Musanna menarik pasukannya dari pinggiran Irak ke Hirah, kemudian datang ke Medinah meminta bala bantuan dari Khalifah. Ini menunjukkan bahwa posisinya terhadap Persia tak dapat disalahkan, sebab nama Persia bagi orang Arab ketika itu sangat mengerikan. Ada sebagian yang menduga bahwa Khalid dapat mengalahkan Persia karena pada mulanya mereka menganggap Khalid enteng, sehingga tidak menghadapinya dengan kekuatan yang akan dapat memukulnya mundur. Kalau memang sudah demikian kenyataannya, untuk apa mereka berperang yang mungkin hanya akan membawa bencana kepada mereka? .
Sebagai seorang petinggi militer dan ahli siasat yang baik, Umar sering mengikuti berbagai peperangan yang dihadapi umat Islam bersama Rasullullah Saw. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria.
Setelah wafatnya Rasullullah Saw., beliau merupakan salah satu shabat yang sangat terpukul dengan kejadian tersebut. Ia bahkan pernah mencegah dimakamkannya Rasullullah karena yakin bahwa nabi tidaklah wafat, melainkan hanya sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. Namun setelah dinasehati oleh Abu Bakar, Umar kemudian sadar dan ikut memakamkan Rasullullah.
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, atas wasiat Abu Bakar Umar ditunjuk menggantikannya dan disetujui oleh seluruh perwakilan muslim saat itu.
Setelah wafatnya Rasullullah Saw., beliau merupakan salah satu shabat yang sangat terpukul dengan kejadian tersebut. Ia bahkan pernah mencegah dimakamkannya Rasullullah karena yakin bahwa nabi tidaklah wafat, melainkan hanya sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. Namun setelah dinasehati oleh Abu Bakar, Umar kemudian sadar dan ikut memakamkan Rasullullah.
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, atas wasiat Abu Bakar Umar ditunjuk menggantikannya dan disetujui oleh seluruh perwakilan muslim saat itu.
Umar bin Khtttab adalah salah seorang sahabat nabi dan khalifah kedua setelah wafatnya Abu Bakar As-Sidiq. Jasa dan pengaruhnya terhadap penyebaran Islam sangat besar hingga Michael H. Heart menempatkannya sebagai orang paling berpengaruh nomor 51 sedunia sepanjang masaSelama masa jabatannya, khalifah Umar amat disegani dan ditakuti negara-negara lain. Kekuatan Islam maju pesat, mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
v Gelar Umar dengan Amirulmukminin
Suatu hari Umar sedang duduk di Masjid selesai memberikan pedoman kepada Muslimin mengenai kebijaksanaannya, dan bahwa sudah tiba saatnya harus mereka laksanakan. Abu Ubaidah datang kepadanya untuk mengucapkan selamat tinggal sehubungan dengan keberangkatannya ke Irak memimpin pasukan yang sudah berkumpul di sekitar bendera, diikuti oleh orang-orang yang tidak sedikit jumlahnya. Semua mereka menyambut Khalifah Khalifah Rasulullah itu. Dengan kata-kata yang diulang, gelar ini terasa berat diucapkan dan berat pula di telinga. Apa yang bergejolak dalam hati ini menjadi bahan pembicaraan mereka pula. Sementara dalam keadaan demikian tiba-tiba salah seorang dari mereka tampil menyambut Umar dengan kata-kata: "Salamullah 'alaika ya amirul mu'minin — Salam sejahtera bagi Anda, wahai Amirulmukminin!" Mendengar gelar baru ini orang menyambutnya dengan gembira disertai senyum tanda setuju. Sejak itu tak ada lagi orang memanggil Umar dengan Khalifah Khalifah Rasulullah, melainkan semua orang sudah menyebutnya "Amirulmukminin." Gelar ini tetap melekat pada Umar dan pada para khalifah dan raja-raja Muslimin sesudahnya.
v Wafat
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan. Ia meninggal pada tahun 644 M, dibunuh selagi menjadi imam sembahyang di masjid Nabi. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan. Ia meninggal pada tahun 644 M, dibunuh selagi menjadi imam sembahyang di masjid Nabi. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid’ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.
C. Nilai-nilai Kepemimpinan Umar Bin Khattab
Sosok Umar bin Khattab sangat berpengaruh di kalangan bangsa Arab karena keberanian, ketegasan, dan keteguhan jiwanya. Ia adalah pendukung, pengikut utama dakwah Nabi Muhammad SAW. Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di jaman itu, ia tetap hidup sebagaimana saat para pemeluk Islam masih miskin dan dianiaya. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun keempat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum “khamr” (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya. Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’.
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum’at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju. Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat.
1. Menjalankan Pemerintahan
Pada suatu hari, Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a naik mimbar dan berkhutbah, "Wahai, kaum muslimin! Apakah tindakanmu apabila aku memiringkan kepalaku ke arah dunia seperti ini?" (lalu beliau memiringkan kepalanya). Seorang sahabat menghunus pedangnya. lalu, sambil mengisyaratkan gerakan memotong leher, ia berkata, "Kami akan melakukan ini." Umar bertanya, "maksudmu, kau akan melakukannya terhadapku?" Orang itu menjawab, "Ya!" lalu Amirul Mukminin berkata, "Semoga Allah memberimu rahmat! Alhamdulillah, yang telah menjadikan di antara rakyatku orang apabila aku menyimpang dia meluruskan aku."
2. Menentang Pemborosan
Umar bin Khattab r.a mendengar bahwa salah seorang anaknya membeli cincin bermata seharga seribu dirham. ia segera menulis surat teguran kepadanya dengan kata-kata sebagai berikut: "Aku mendengar bahwa engkau membeli cincin permata seharga seribu dirham. Kalau hal itu benar, maka segera juallah cincin itu dan gunakan uangnya untuk mengenyangkan seribu orang yang lapar, lalu buatlah cincin dari besi dan ukirlah dengan kata-kata, "Semoga Allah merahmati orang yang mengenali jati dirinya."
3. Jujur
Pada suatu hari, Khalifah Umar bin Khattab r.a membutuhkan uang untuk keperluan pribadi. ia menghubungi Abdurrahman bin 'Auf, sahabat yang tergolong kaya, untuk meminjam uang 400 dirham. Abdurrahman bertanya, "mengapa engkau meminjam dari saya? Bukankah kunci baitul maal (kas negara) ada di tanganmu? mengapa engkau tidak meminjam dari sana?" Umar r.a menjawab, Aku tidak mau meminjam dari baitul maal. Aku takut pada saat maut merenggutku, engkau dan segenap kaum muslimin menuduhku sebagai pemakai uang baitul maal. Dan kalau hal itu terjadi, di akhirat amal kebajikanku pasti dikurangi. Sedangkan kalau aku meminjam dari engkau, jika aku meninggal sebelum aku melunasinya, engkau dapat menagih utangku dari ahli warisku."
Pada suatu hari, Khalifah Umar bin Khattab r.a membutuhkan uang untuk keperluan pribadi. ia menghubungi Abdurrahman bin 'Auf, sahabat yang tergolong kaya, untuk meminjam uang 400 dirham. Abdurrahman bertanya, "mengapa engkau meminjam dari saya? Bukankah kunci baitul maal (kas negara) ada di tanganmu? mengapa engkau tidak meminjam dari sana?" Umar r.a menjawab, Aku tidak mau meminjam dari baitul maal. Aku takut pada saat maut merenggutku, engkau dan segenap kaum muslimin menuduhku sebagai pemakai uang baitul maal. Dan kalau hal itu terjadi, di akhirat amal kebajikanku pasti dikurangi. Sedangkan kalau aku meminjam dari engkau, jika aku meninggal sebelum aku melunasinya, engkau dapat menagih utangku dari ahli warisku."
4. Umar Mengakui Kesalahan
Saat itu Umar bin Khattab r.a sedang berkhutbah," Jangan memberikan emas kawin lebih dari 40 uqiyah (1240 gram). Barangsiapa melebihkannya maka kelebihannya akan kuserahkan ke baitul maal." Dengan berani, seorang wanita menjawab,"Apakah yang dihalalkan Allah akan diharamkan oleh Umar? Bukankah Allah berfirman,......sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka sejumlah harta, maka janganlah kamu mengambil dari padanya sedikitpun.........(An Nisaa':20) Umar berkata," Benar apa yang dikatakan wanita itu dan Umar salah."
5. Memutuskan Perkara Secara Bijaksana
Seorang wanita mengadu kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a, bahwa ia diperkosa. Karena ia melawan dan memberontak, maka air mani lelaki tersebut tertumpah dan mengotori pakaiannya. Sebagai barang bukti, diperlihatkannya pakaiannya yang terkena tumpahan cairan putih. Umar r.a. tidak segera percaya terhadap wanita itu. Ia meminta pendapat Ali bin Abi Thalib r.a. Ali r.a berkata, "Sirami tumpahan putih itu dengan air panas. Kalau bercak itu membeku, maka itu pasti putih telur. Dan kalau ia hilang dan lumat bersama air, maka itu adalah air mani." Ketika bercak itu disiram air panas, ternyata ia membeku. Umar r.a dan Ali r.a pun memutuskan bahwa pengaduan wanita itu palsu. Umar r.a. berkata kepada wanita itu, " Bertakwalah kamu kepada Allah, wahai wanita! Pengaduanmu ternyata bohong dan tuduhanmu palsu."
6. Peduli
Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya.
7. Khalifah sangat memperhatikan rakyatnya, sehingga pada suatu ketika secara diam-diam ia turun berkeliling di malam hari untuk menyaksikan langsung keadaan rakyatnya. Pada suatu malam, ketika sedang berkeliling di luar kota Madinah, di sebuah rumah dilihatnya seorang wanita sedang memasak sesuatu, sedang dua anak perempuan duduk di sampingnya berteriak-teriak minta makan. Perempuan itu, ketika menjawab Khalifah, menjelaskan bahwa anak-anaknya lapar, sedangkan di ceret yang ia jerang tidak ada apa-apa selain air dan beberapa buah batu. Itulah caranya ia menenangkan anak-anaknya agar mereka percaya bahwa makanan sedang disiapkan. Tanpa menunjukan identitasnya, Khalifah bergegas kembali ke Madinah yang berjarak tiga mil. Ia kembali dengan memikul sekarung terigu, memasakkannya sendiri, dan baru merasa puas setelah melihat anak-anak yang malang itu sudah merasa kenyang. Keesokan harinya, ia berkunjung kembali, dan sambil meminta maaf kepada wanita itu ia meninggalkan sejumlah uang sebagai sedekah kepadanya.
8. Khalifah yang agung itu hidup dengan cara yang sangat sederhana. Tingkat kehidupannya tidak lebih tinggi dari kehidupan orang biasa. Suatu ketika Gubernur Kufah mengunjunginya sewaktu ia sedang makan. Sang gubernur menyaksikan makanannya terdiri dari roti gersh dan minyak zaitun, dan berkata, “Amirul mukminin, terdapat cukup di kerajaan Anda; mengapa Anda tidak makan roti dari gandum?” Dengan agak tersinggung dan nada murung, Khalifah bertanya, “Apakah Anda pikir setiap orang di kerajaanku yang begitu luas bisa mendapatkan gandum?” “Tidak,” Jawab gubernur. “Lalu, bagaimana aku dapat makan roti dari gandum? Kecuali bila itu bisa dengan mudah didapat oleh seluruh rakyatku.” Tambah Umar.
9. Kepemimpinan Umar bin Khattab selama lebih dari sepuluh tahun sebagai Amirulmukminin, sebagai pemimpin dan kepala pemerintahan, dengan prestasi yang telah dicapainya memang terasa unik, jika kita baca langkah demi langkah perjalanan hidupnya itu, dan cukup mengesankan. Umar sebagai Khalifah tidak sekadar kepala negara dan kepala pemerintahan, lebih-lebih dia sebagai pemimpin umat. Ia sangat dekat dengan rakyatnya, ia menempatkan diri sebagai salah seorang dari mereka.
10. Umar bin Khattab sosok yang disiplin, tegas, adil, bijaksana, sederhana dan sangat mencintai umat. Inilah sosok salah satu pemimpin terbaik yang dimiliki oleh umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW.
v Prestasi Umar bin Khattab dalam Kepemimpinannya.
Keberhasilan yang dicapai di masa pemerintahan Umar bin Khattab, banyak ditentukan oleh berbagai kebijakan dalam mengatur dan menerapkan sistem pemerintahannya. Kualitas pribadi dan seperangkat pendukung lainnya, tentu juga memiliki andil yang besar dalam pemerintahan Umar bin Khattab. Adapun prestasi yang dicapai pada masa kekhalifahannya antara lain adalah:
1. Perluasan Wilayah Islam.
Ketika para pembangkang di dalam negeri telah dikikis habis oleh khalifah Abu Bakar, maka khalifah Umar menganggap bahwa tugas yang pertama ialah mensukseskan ekspedisi yang telah dirintis oleh pendahulunya, maka dari itu pada masa Umar gelombang ekspansi (perluasan wilayah kekuasaan) banyak terjadi antaranya, ibu kota Syria, Damaskus jatuh pada tahun 635 M dan setahun kemudian setelah tentara Bizantium kalah dalam perang Yarmuk, seluruh daerah Syiria jatuh di bawah kekuasaan Islam dengan memakai Syiria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan ’Amr bin Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad bin abi Waqash. Iskandaria, ibu kota Mesir, ditaklukkan pada tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh di bawah kekuasaan Islam. Al-Qadasiah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islam telah meliputi jazirah Arab, Palestina, Syiria, sebagian besar kota Persia dan Mesir.
Bersamaan dengan ekspansi tersebut, pusat kekuasaan Madinah mengalami perkembangan yang amat pesat. Khalifah telah berhasil membuat dasar-dasar bagi suatu pemerintahan yang handal untuk melayani tuntunan masyarakat baru yang berkembang. Umar mendirikan dewan-dewan, membangun Baitul Māl, mencetak uang, mengatur gaji, menciptakan tahun hijriah dan sebagainya. Di samping itu karena wilayah kekuasaan semakin luas, maka wilayah Islam dibagi menjadi unit-unit administratif yang diatur menjadi delapan wilayah propinsi yaitu: Mekah, Madinah, Jasirah, Basrah, kufah, Palestina, dan Mesir.
2. Penataan Struktur Pemerintahan.
Sejalan dengan semakin luasnya wilayah Islam, maka Umar melakukan berbagai macam penataan struktur pemerintahan, antara lain:
a. Administrasi Pemerintahan.
Penataan administrasi pemerintahan dilakukan Umar dengan melakukan desentralisasi pemerintahan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjangkau wilayah Islam yang semakin luas. Wilayah Islam dibagi dalam beberapa propinsi yaitu ; Mekah, Madinah, Palestina, Suria, Iraq, Persia dan Mesir. Umar yang dikenal sebagai negarawan, administrator, terampil dan cerdas, segera membuat kebijakan mengenai administrasi pemerintahan.
Pembagian Negeri menjadi unit-unit administratif sebagai propinsi, distrik dan sub bagian dari distrik merupakan langkah pertama dalam pemerintahan. Unit-unit ini merupakan tempat ketergantungan efesiensi administratif yang besar. Umar merupakan penguasa muslim pertama yang mengambil kebijakan dengan melakukan disentralisasi semacam itu. Setiap daerah diberi kewenangan mengatur pemerintahan daerahnya tetapi tetap segala kebijakan harus sesuai dengan pemerintahan pusat.
b. Lembaga Peradilan.
Pada lembaga pengadilan Umar tidak lagi memonopoli struktur pengadilan, sudah ada orang-orang yang ditunjuk dan diberi wewenang melaksanakan peradilan pada kasus-kasus tertentu. Urusan pengadilan diserahkan kepada pejabat-pejabat yang diangkat dan diberi nama Qadi. Pemisahan kekuasaan antara kekuasaanyudikatif dan eksekutif oleh Umar belum total sama sekali, sebab khalifah dan juga gubernur-gubernurnya tetap memegang peradilan pada kasus-kasus hukum jinayah yang menyangkut tentang hudud dan qisas. Namun wilayah yang jauh dari pusat khalifah, wewenang itu diberikan.
c. Korps Militer.
Pada masa pemerintahan Umar negara Islam menjadi negara adikuasa yang banyak memiliki wilayah kekuasaan ketika itu Persia dan Bizantium juga ditaklukkan Umar. Kemampuan Umar melakukan ekspansi besar-besaran tersebut tentu tidak bisa lepas dari sistem militer yang tangguh sebagai basis pertahanan dan keamanan negara. Umar membentuk organisasi militer yang bertujuan menjaga kecakapan militer bangsa Arab, untuk itu Umar melarang pasukan Arab menguasai tanah pertanian negri-negri taklukan, sebab penguasaan atas tanah pertanian tersebut dihawatirkan akan melemahkan semangat militer mereka, beliau juga melarang pasukan muslim hidup diperkampungan sipil, melainkan mereka hidup diperkampungan militer, dan Umar tidak ingin tentara memiliki propesi lain seperti dagang, bertani yang mengakibatkan perhatian mereka berkurang terhadap kepentingan militer.
d. Bait al-Mal.
Pendirian bait al-Mal dijadikan Umar sebagai lembaga perekonomian Islam dimaksudkan untuk menggaji tentara militer yang tidak lagi mencampuri urusan pertanian, para pejabat dan staf-stafnya, para qadi dan tentunya kepada yang berhak menerima zakat, adapun sumber keuangan berasal dari zakat, bea cukai, dan bentuk pajak lainnya. Pajak diterima dalam bentuk uang kontan dan barang atau hasil bumi. Setelah terbaginya wilayah kepada beberapa propinsi, bait al mal memiliki cabang-cabang yang berdiri sendiri, cabang-cabang tersebut mengeluarkan dana sesuai dengan keperluan tahun itu dan selebihnya dikirim kepusat.
Demikian beberapa kebijakan politik yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dalam pemerintahanya, yang membawa Islam berkembang pesat, baik dari aspek ajaran maupun aspek wilayah teritorial. Sepanjang karirnya menjadi khalifah selama 10 tahun (13-23 H/ 634-644 M), masa jabatan Umar diakhiri dengan kematian, dimana ia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah, untuk menentukan penggantinya Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar, dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman bin Affan sebagai khalifah.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Nama nasabnya Umar bin Khattab bin Nufial bin Abdul Uzza bin Raba’ah bin Abdillah bin Qurth bin Huzail bin Ady bin Ka’ab bin Luway bin Fihr bin Malik namun sering dipanggil Umar Bin Khattab. Khalifah Umar berasal dari bani Adi, salah satu bagian suku Quraisy. Beliau lahir di Makkah tahun 581 Masehi. Umar masuk agama Islam pada usia 27 tahun. Beliau dilahirkan di Makkah, 40 tahun sebelum hijrah.
Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah. Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu. Wataknya yang keras membuatnya mendapat julukan “Singa Padang Pasir”. Ia juga amat keras dalam membela agama tradisional bangsa Arab yang menyembah berhala serta menjaga adat-istiadat mereka. Umar Bin Khattab adalah satu dari khulafaurasyidin yang memimpin kekhalifahan Islam pasca wafatnya Baginda Rasululloh Muhammad SAW. Umar menjadi khalifah kedua menggantikan Abu Bakar Shidiq. Ia salah satu dari 17 orang Makkah yang terpelajar ketika kenabian dianugerahkan kepada Muhammad SAW.
Dia Umar bin Khattab. Wajahnya putih agak kemerahan, tangannya kidal dengan kaki yang lebar sehingga jalannya cepat sekali. Sejak mudanya ia memang sudah mahir dalam berbagai olahraga: olahraga gulat dan menunggang kuda. Sesudah masa mudanya mencapai kematangan, Umar terdorong ingin menikah. Kecenderungan banyak kawin ini sudah diwarisi dari masyarakatnya dengan harapan mendapat banyak anak. Dalam hidup nya itu ia mengawini sembilan perempuan yang kemudian memberikan keturunan dua belas anak, delapan laki-laki dan empat perempuan.
Usaha Umar dalam memburu pengetahuan membuatnya sejak mudanya ia memikirkan nasib masyarakatnya dan usaha apa yang akan dapat memperbaiki keadaan mereka. Ini juga kemudian yang membuatnya bangga, bersikeras dan menjadi fanatik dengan pendapatnya sendiri tentang tujuan yang ingin dicapainya itu. Ia tidak mau dibantah atau berdebat. Karena sikap keras dan ketegarannya itu sehingga dengan fanatiknya ia berlaku begitu sewenang-wenang. Ia akan mempertahankan pendapatnya dengan tangan besi dan dengan ketajaman lidahnya. Tetapi yang demikian ini bukan tidak mungkin akan mengubah pendapat orang lain yang dihadapinya untuk menjadi bukti kuat dalam pembelaannya dan untuk mematahkan alasan lawan.
Sewaktu Abu Bakar jatuh sakit dan terbaring selama 15 hari di tempat tidur, beliau merasakan bahwa kemampuannya dalam memimpin tidak bertahan lama lagi sehingga ia ingin mencalonkan seseorang sebagai penggantinya, pemikiran seperti itu didasarkan atas kepentingan terhadap umat yang memerlukan kepemimpinan dan mencegah terjadinya perpecahan. Pada saat itu semua sepakat untuk memilih Umar sebagai khalifah. Kemudian Abu Bakar memanggil Utsman bin Affan untuk menulis wasiat kepada Umar bin khattab. Ketika wasiat itu dibaca di hadapan masyarakat, mereka mendengarkan dengan seksama dan mentaati seluruh isi dari wasiat yang dibacakan tersebut. Abu Bakar ketika itu juga sempat menanyakan kerelaan masyarakat tentang penunjukan Umar bin Khattab sebagai khalifah, masyarakat menyatakan bahwa apa yang dilakukan Umar adalah tepat dan mereka restui.
Sebagai seorang petinggi militer dan ahli siasat yang baik, Umar sering mengikuti berbagai peperangan yang dihadapi umat Islam bersama Rasullullah Saw. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Setelah wafatnya Rasullullah Saw., beliau merupakan salah satu shabat yang sangat terpukul dengan kejadian tersebut. Ia bahkan pernah mencegah dimakamkannya Rasullullah karena yakin bahwa nabi tidaklah wafat, melainkan hanya sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. Namun setelah dinasehati oleh Abu Bakar, Umar kemudian sadar dan ikut memakamkan Rasullullah.
Umar bin Khtttab adalah salah seorang sahabat nabi dan khalifah kedua setelah wafatnya Abu Bakar As-Sidiq. Jasa dan pengaruhnya terhadap penyebaran Islam sangat besar hingga Michael H. Heart menempatkannya sebagai orang paling berpengaruh nomor 51 sedunia sepanjang masaSelama masa jabatannya, khalifah Umar amat disegani dan ditakuti negara-negara lain. Kekuatan Islam maju pesat, mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Umar Bi Khattab mendapat gelar Amirulmukminin!" Mendengar gelar baru ini orang menyambutnya dengan gembira disertai senyum tanda setuju. Sejak itu tak ada lagi orang memanggil Umar dengan Khalifah Khalifah Rasulullah, melainkan semua orang sudah menyebutnya "Amirulmukminin." Gelar ini tetap melekat pada Umar dan pada para khalifah dan raja-raja Muslimin sesudahnya.
Wafatnya Umar bin Khattab dikarenakan dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid’ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara.
Nilai-nilai kepemimpinan yang dapat dicontoh dari Umar Bin Kahttab adalah :
1. Menjalankan Pemerintahan
2. Menentang Pemborosan
3. Jujur
4. Umar Mengakui Kesalahan
5. Memutuskan Perkara Secara Bijaksana
6. Peduli
7. Umar bin Khattab sosok yang disiplin, tegas, adil, bijaksana, sederhana dan sangat mencintai umat. Inilah sosok salah satu pemimpin terbaik yang dimiliki oleh umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW.
Adapun prestasi yang dicapai pada masa kekhalifahannya antara lain adalah:
1. Perluasan Wilayah Islam.
2. Penataan Struktur Pemerintahan
Sejalan dengan semakin luasnya wilayah Islam, maka Umar melakukan berbagai macam penataan struktur pemerintahan, antara lain:
a. Administrasi Pemerintahan
b. Lembaga Peradilan
c. Korps Militer.
d. Bait al-Mal.
Daftar Pustaka
Haekal, M. Husain. 2002. Umar Bin Khattab. Jakarta : PT Pustaka Lintera Nusa Dua.
Michael H. Hart. Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah. File ini hasil kompilasi dari situs Islam media.isnet.org. File hasil kompilasi dalam bentuk file zip/chm di: http://www.pakdenono.com
Dikases dari internet :
artikelnya bagus dan lengkap sekali...
BalasHapusThe 8 best slots in Vegas (2021) - Dr.MCD
BalasHapusLas 익산 출장마사지 Vegas Slot Machines - Try over 200 수원 출장안마 Vegas slot 충청북도 출장샵 machine games online. We have over 400 of the best slots and casino 의정부 출장마사지 games on the market today. 영주 출장안마