Kamis, 19 Januari 2012

Soekarno


BAB I
PENDAHULUAN


A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam sejarah dunia, kita mengenal manusia-manusia besar. Setiap masa dan bangsa mempunyai manusia-manusia besarnya sendiri, dalam aneka bidang bermacam pula kalibernya. Manusia besar itu adalah putera abad zamannya. Sejarah nasional kita sendiri membuktikan bahwa memang setiap masa dan zaman melahirkan manusia-manusia besar Indonesia. Salah satu dari mereka itu ialah Soekarno, yang oleh bangsa Indonesia lebih dikenal sebagai Bung Karno.
Meskipun Bung Karno tidak lebih daripada sekedar penambung lidah rakyat Indonesia, namun secara jujur harus diakui, beliau dengan segala kelebihan dan kekurangannya, kekuatan dan kelemahannya, Bung Karno tidak hanya kepunyaan Indonesia akan tetapi sudah menjadi milik dunia.
B.       RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana latar belakang keluarga dan Pendidikan Soekarno?
2.    Bagaimana kepemimpinan Soekarno dalam masa pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia?
3.    Bagaimana kepemimpinan Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia?

C.       TUJUAN
1.    Untuk mengetahui latar belakang keluarga dan Pendidikan Soekarno.
2.    Untuk mengetahui kepemimpinan Soekarno dalam masa pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia.
3.    Untuk mengetahui kepemimpinan Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN


A.      LATAR BELAKANG KELUARGA DAN PENDIDIKAN SOEKARNO
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika.
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, di kos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.

B.       KEPEMIMPINAN SOEKARNO PADA MASA PERGERAKAN DAN PERJUANGAN
Pergerakan nasional
   Imperialisme Belanda di Indonesia makin lama makin mengembangkan sayapnya serta memperteguh kedudukannya di sini. Sehingga Indonesia tetap menjadi negeri pengambilan bekal hidup yaitu menjadi negeri pengambilan bahan-bahan untuk pabrik-pabrik di Eropa. Di samping itu Indonesia juga menjadi negeri pasar penjualan barang-barang hasil dari macam-macam industry asing, dan menjadi pula lapangan usaha bagi modal besar. Tetapi bagaimana pun sejarah membuktikan bahwa sejak imperialisme ada di Indonesia, maka semenjak itu pula perlawanan rakyat Indonesia terjadi.
   Bung karno merupakan aktivis, yang semasa mudanya sudah mulai berjuang dalam gerakan politik, dan pernah didik oleh H.O.S. Tjokroaminoto. Darah pemimpin dan pejuang yang telah dimilikinya sejak usia mudanya semakin menonjol setelah menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi, ilmunya semakin  bertambah, dan jiwanya semakin matang. Pada tahun 4 Juli 1927 di kota Bandung Soekarno bersama-sama dengan Mr. Iskaq Tjokrohadisurja, Dr. Samsi Sastrowidagdo, Mr. Budiarto, Mr. Sartono, Mr. Sunarjo dan Anwari mendirikan PNI yang bertujuan mencapai: Kemerdkaan Indonesia, berhaluan non cooperation dengan pemerintah kolonial Belanda.
   Ir. Soekarno yang terpilih sebagai ketua PNI yang pertama kali. Di bawah pimpinannya PNI makin pesat kemajuannya. Perjuangan yang tegas membela nasib kaum marhaen dan berjuang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, serta sikapnya yang tidak mau bekerja sama dengan kaum imperalis itu telah banyak menarik perhatian dan simpati rakyat Indonesia. Sehingga PNI pada waktu itu benar-benar telah menjadi partai politik yang mendapat tempat di hati rakyat.
Program perjuangan PNI meliputi bidang:
1.    Mengenai politik, ialah dengan jala meneguhkan kesadaran kebagsaan, memperkokoh persatuan dan menghindarkan segala bendugan-bendungan yang menghambat kemajuan politik dan kemerdekaan diri.
2.    Melakukan pembangunan ekonomi, di dalam arti kata seluas-luasnya.
3.    Membentuk susunan pengajaran kebangsaan
Tak selang begitu lama sesudah Bung Karno bergerak dan berjuang dalam PNI, kemudian ditangkap serta dijebloskan ke dalam penjara Banceuy di Bandung. Selain pernah dijebloskan di dalam penjara  Banceuy, Bung Karno juga pernah ke dalam penjara Sukamiskin.
Di hadapan pengadilan colonial, Bung Karno menelanjangi kejahatan dan kebusukan imperialism Belanda di Indonesia. Pleidooinya yang diucapkan dengan gagah berani, yang kemudian dibukukan dengan judul Indonesia Menggugat telah menggemparkan seluruh dunia. Meskipun demikian pleidooi tersebut tidak dapat membebaskan Bung Krno dari segala tuduhan, bahkan Bung Karno oleh hakim colonial dijatuhi hukuman 4 tahun. Gatot Mangkupradja dihukum 2 tahun, Maskun 1 tahun 8 bulan, dan Supriadinata 1 tahun 3 bulan. Pemeriksaan Bung Karno s. yang merupakan suatu proses politik ini mendapat perhatian yang cukup besar dari segenap lapisan masyarakat.
   Berduyun-duyun rakyat dari daerah-daerah luar kota Bandung dating untuk menyaksikan pemeriksaan terhadap Bung Karno, sehingga di dalam gedung serta halaman depan edung landraan Bandung melimpah ruah dengan manusia. bertindak sebagai pembela dalam perkara ini masing-masing ialah: Mr. sartono, Mr. Sastromuljono, Mr. Sujudi dan R. Ipih Prawiradiputra.
   Pemeriksaan terhadap perkara Bung Karno cs. Ini baru selesai sesudah 19 kali persidangan yang memakan waktu 4 bulan lamanya. Sedangkan yang bertindak sebagai presiden landraad pada waktu itu ialah Mr. Sigenbeek van Heukelom. Keputusan landraad Bandung ini kemudian diperkuat oleh Raad an Justitie di Jakarta dalam sidangnya pada tanggal 17 April April 1931.
    Berdasarkan keputusan pemerintah colonial, maka Bung Karno dibuang ke pulau Flores. Pada tanggal 17 Februari 1934 Bung Karno dengan didampingi oleh Inggit Ganarsih, ibu mertua Bung Karno dan puteri angkatnya Ratna Djuami, berangkat dengan kapal Van Riebeeck menuju tempat pembuangannya di pulau Flores. Selama berada di tanah pembuanannya di Endeh, Flores, Bung Karno tidak tinggal diam. Meskipun dilarang dalam kegiatan-kegiatan politik namun berhubungan dengan bergaul rapat dengan rakyat, keluar masuk kampung.  
   Pada tanggal 14 Februari 1938, Bung Karno tidak hanya melanjutkan studinya tentang Islam, melainkan secara resmi masuk menjadi angota Perserikatan Muhammadiyah sejak tahun 1938. Bahkan Bung Karno menjadi ketua bagian pengajaran Muhammadiyah daerah Bengkulu.
   Di dalam Muhammadiyah ini, Bung Karno bekerja giat untuk kemajuan organisasi dan kejayaan Islam, sebagai pengabdian Bung Karno kepada Tuhan, Bangsa dan Tanah Air Indonesia. Selama Bung Karno memegang pimpinan bagian pengajaran Muhammadiyah di Bengkulu ini, banyak sekali kemajuan dan perbaikan yang dicapai, berkat usaha dan prakarsa Bung Karno. 
Masa Pendudukan Jepang
   Di dalam masa pendudukan Jepang yang demikian sulit ini bukan main berat perjuangan dan tanggung jawab yang terpikul di atas bahu para pemimpin kita. Di masa itu tampaknya saja Bung Karno mengadakan kerja sama dengan Jepang. Akan tetapi pada hakekatnya Bung Karno brsama-sama Bung Hatta, Ki Hadjar Dewantara dan K.H. Mas Mansoer yang merupakan Empat Serangkai berjuang dan menyusun tenaga dan kekuatan dari dalam. Tujuan perjuangan Bung Karno untuk mencapai Kemerdekaan Indonesia tidak pernah berubah, hanya taktik dan cara perjuangan itu berbeda.
   Di masa pendudukan Jepang ini Bung Karno tiaa henti-hentinya menganjurkan akan persatuan, percaya kepada kekuatan sendiri dan melanjutkan sampai cita-cita kemerdekaan Indonesia tercapai. Di dalam pidato-pidatonya Bung Karno selalu menggembleng semangat rakyat untuk berjuang menuju tercapainya kemerdekaan. Jiwa rakyat senantiasa dibakar oleh Bung Karno, agar rakyat memiliki kesadaran nasional. Semangan nasionalisme dan patriotisme selalu ditanamkan di dalam dada serta kalbu seluruh rakyat Indonesia.
   Pada awalnya Bung Karno bergerak dalam AAA, kemudian memimpin PUTERA. Dan menjelang tekuk lututnya tentara Jepang, Bung Karno duduk dalam BPUPKI. Di dalam badan ini Bung Karno dimintai sumbangan pemikirannya mengenai dasar Negara bagi Indonesia Merdeka, yang telah melahirkan hasil galian mutiara dari bumi Pertiwi Indonesia sendiri yang berupa Pancasila yang dikemukakannya pada tanggal 1 Juni 1945 di gedung Pejambon di Jakarta.
   Walaupun pada waktu Bung Karno mengemukakan gagasannya tentang Pancasila untuk dipakai sebagai dasar filsafat negara Indonesia Merdeka, adalah masih dalam masa pendudukan tentang fasisme Jepang, tetapi Bung Karno berusaha meyakinkan kepada rakyat Indonesia. Gemblengan ini diterima oleh tokoh-tokoh nasional lainnya serta rakyat Indonesia umunya. Beberapa hari kemudian ide dan konsep dituangkan dalam Piagam Jakarta yang telah mengantarkan kelahiran Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaannnya, yang ditandatangani oleh Bung karno serta tokoh-tokoh nasional lainnya pada tanggal 22 Juni 1945.

C.       KEPEMIMPINAN SOEKARNO DALAM MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN
Pejuang Kemerdekaan
            Bung Karno mulai terjun dalam arena perjuangan politik sejak usia mudanya 18 tahun masuk menjadi anggota  Partai Sarekat Islam di bawah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Waktu itu masih sekolah di HBS Surabaya. Akan tetapi karena Bung Karno berbeda dasar keyakinan politiknya, maka keanggotaannya dalam SI ini tidak lama. Menurut keyakinannya, pergerakan poltik harus didasarkan kepada kebangsaan, dimana yang menjadi urat nadinya harus dicari di kalangan rakyat jelata, di kalangan kaum marhaen. Pada tahun1927, bersama Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr. Budiarto, Mr. Sunario, Mr. Sartono dan lain-lain, Bung Karno mendirikan PNI (Perserikatan Nasional Indonesia), yang mempunyai tujuan kemerdekaan Indonesia.
            Semenjak lahirnya PNI ini, Bung Karno telah menggembleng dan menanamkan kesadaran politik di kalangan rakyat, bahwa kemerdekaan Indonesia akan diperjuangkan dengan percaya kepada tenaga sendiri. Oleh sebab itu, PNI berhaluan politik non-cooperation dengan pemerintah Belanda. Untuk mencapai maksud dan tujuan ini Bung Karno membangunkan semangat dan kesadaran rakyat, yang terkenal dengan ajaran triloginya: semangat kebangsaan, kemauan nasional, meningkat kepada amal-perbuatan nasional. Sejak dahulu Bung Karno berkeyakinan, bahwa tercapainya kemerdekaan Indonesia itu sepenuhnya tergantung pada kesadaran rakyat sendiri. Kelahiran PNI yang dipelopori oleh Bung Karno inilah merupakan titik tolak daripada perjuangan kemerdekaan dan peran utama Bung Karno sebagai pejuang kemerdekaan yang gigih dan ulet.
            Di tahun 1927 itu pula, lahirnya ajaran “Marhaenisme Bung Karno” yang merupakan pedoman politik dan perjuangan. Marhaenisme merupakan marxisme yang diterapkan atau disesuaikan dengan kondisi-kondisi di Indonesia. Bung Karno mulai tampil ke tengah-tengah perjuangan politik dengan konsepsi-konsepsi serta doktrin-doktrin ajarannya yang revolusioner sejak Bung Karno mendirikan dan langsung memimpin PNI. Sebagai seorang terpelajar yang berpendidikan tinggi, Bung Karno lebih senang berjuang di tengah-tengah dan bersama-sama rakyat, daripada hidup mewah tetapi menjadi alat kolonial. Sebagai seorang pejuang kemerdekaan, tidak jarang Bung Karno ditangkap dan diseret ke depan pengadilan kolonial untuk diadili. Bahkan sering pula Bung Karno harus menebus cita-cita perjuangannya dengan bersedia untuk dijebloskan ke dalam penjara. Meskipun demikian, semangat perjuangan Bung Karno serta cita-cita yang terkandung dalam dadanya tidak padam, melainkan tetap menyala dan berkobar-kobar terus memecahkan tembok-tembok dan dinding-dinding penjara.
            Sebagai penyambung lidah rakyat, Bung Karno tanpa ragu-ragu membela hak-hak dan kepentingan rakyat. Karena memang perjuangan Bung Karno bukanlah perjuangan seorang diri pribadi, bukan untuk golongan tertentu, bukan mewakili PNI partai yang dipimpinnya saja, akan tetapi mewakili kepentingan rakyat dan suara rakyat sepenuhnya. Sebab Bung Karno dilahirkan oleh rakyat, dibesarkan di tengah-tengah rakyat, dan berjuang untuk kepentingan rakyat. Meskipun berbeda tempat, keadaan, cara dan taktik perjuangan, namun tujuannya tetaplah satu, yaitu menuju ke kemerdekaan Indonesia yang bulat. Tempat dan keadaan boleh berganti-ganti, cara serta taktik boleh berubah-ubah, akan tetapi tujuan tetap satu jua, yaitu: Indonesia merdeka.
            Di masa Jepang karena keadaan memaksa, Bung Karno memimpin PUTERA dan lain-lain. Meskipun terjadi pasang naik dan pasang surutnya perjuangan, namun Bung Karno tidak pernah kandas dan berkat bantuan rakyat seluruh Indonesia, selalu muncul kembali dari setiap pukulan gelombang ujian sejarah. Begitu pula di masa kemerdekaan. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno bersama Bung hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia atas nama bangsa Indonesia, kemudian keesokan harinya terpilih sebagai Presiden pertama Republik Indonesia. Sejak itu ujian dan cobaan juga datang bertubi-tubi, dari luar berupa agresi militer Belanda I dan II. Pada waktu Yogyakarta sebagai Ibu Kota RI diduduki Belanda, Bung Karno bersama-sama dengan para pemimpin lainnya ditangkap serta diasingkan mula-mula ke Brastagi, Prapat, kemudian ke Bangka.   
            Berkat perjuangan gerilya rakyat dan perjuangan diplomasi kita di front internasional maka tercapailah persetujuan Indonesia-Belanda, dan Bung Karno bersama-sama dengan pemimpin kita lainnya dikembalikan ke Yogyakarta. Sejak itu Bung Karno aktif kembali memegang pimpinan pemerintahan. Walaupun diasingkan, selama dalam pengasingan Bung Karno tetap memimpin perjuangan Bangsa Indonesia. Belum lagi rongrongan dan penyelewengan dari dalam negeri berupa pemberontakan-pemberontakan RMS, Andi Aziz, Ibnu Hadjar, Daud Beureuh, DI-TIInya Kartosuwiryo dan Kahar Muzakar, PRRI dan PERMESTA akan tetapi satu demi satu segala penyelewengan itu dapat disapu bersih dan RI di bawah pimpinan Bung Karno tetap tegak. Dari sejak Proklamasi melalui RIS kemudian kembali ke Negara Kesatuan, dan akhirnya sampai pada lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang mendekritkan kita kembali ke UUD 1945, Bung Karno tampil ke muka dan memegang pimpinan bersama-sama dengan tokoh lainnya.
            Setelah perjanjian KMB, Belanda menolak untuk menyerahkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Berulang kali dari kabinet ke kabinet, dilakukan perjuangan diplomasi untuk mengembalikan Irian Barat ini, tetapi gagal. Akhirnya Bung Karno mengomandokan TRIKORA pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta, sehingga kemudian Belanda terpaksa menyerahkan Irian Barat melalui UNTEA kepada pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963. Bung Karno tidak saja berjuang untuk kemerdekaan di masa penjajahan, akan tetapi mengantarkan rakyat dan bangsa Indonesia sampai ke pintu gerbang kemerdekaan, kemudian menyempurnakan kemerdekaan itu sebulat-bulatnya dari sabang sampai merauke.
Penggali Pancasila
            Berkat kebijaksanaan dan pandangan yang jauh ke depan mendahului generasi zamannya, Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 telah mengemukakan hasil galiannya yang didapat dari bumi Indonesia sendiri berupa “Pancasila”. Seperti diketahui kelima sila dari pancasila itu adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Kedaulatan Rakyat, Keadilan Sosial. Lima sila yang diberi nama pancasila inilah yang diusulkan oleh Bung Karno kepada seluruh rakyat untuk diterima serta dijadikan dasar falsafah negara. Di dalam taraf perjuangan nasional di masa itu, ide pancasila tersebut telah dituangkan ke dalam piagam Jakarta yang ditandatangani oleh sembilan wakil rakyat indonesia pada tanggal 22 Juni 1945.
            Setelah kemerdekaan diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, di dalam Konstitusi Proklamasi yang berupa Undang-Undang Dasar 1945 itupun tercemin pula didalamnya Falsafah Pancasila yang telah menjiwai isi dan kelahiran Konstitusi Proklamasi tersebut. Demikian pula dengan bentuk Konstitusi RIS maupun Konstitusi RI tahun 1950, tidak luput dari jiwa Pancasila yang secara gamblang tercemin di dalamnya. Bahkan lahirnya Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juni 1959, yang merupakan penyetopan terhadap kemungkinan adanya penyelewengan untuk mendirikan negara di atas dasar yang lain, adalah dimaksudkan untuk menyelamatkan serta mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian berarti bahwa Dekrit Presiden itu adalah penyelamat Negara Pancasila dan untuk mengamankan jalannya revolusi kita.
Proklamator Kemerdekaan
            Telah berabad-abad Bangsa Indonesia kehilangan kemerdekaan politiknya, semenjak datangnya imperialisme dan kolonialisme di tanah air kita. Dengan demikian, maka telah sejak lama bangsa kita tiada bernegara, karena kita hidup dalam penjajahan asing. Dari Belanda pindah kepada Jepang, hingga pertengahan Agustus 1945. Pada tanggal 17 Agustus 1945, tepat pada saat dan waktu serta tempat yang telah ditentukan Bung Karno atas nama Bangsa Indonesia membacakan Proklamasi Kemerdekaan. Dengan proklamasi itu, lahirlah secara resmi Negara Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat, meliputi wilayah kekuasaannya dari sabang sampai merauke.
            Betapa pentingnya arti tanggal 17 Agustus 1945 itu bagi kita, oleh karena pada tanggal itu sesungguhnya tidak hanya merupakan saat dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan saja, akan tetapi sekaligus juga merupakan lonceng kelahiran Bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia yang berbentuk kesatuan serta berdasarkan kebangsaan, dimana Pancasila menjadi dasar falsafahnya. Sejarah mencatat, bahwa Bung Karno tidak saja sebagai pejuang kemerdekaan, akan tetapi ia bersama-sama dengan Bung Hatta juga bertindak sebagai penanda tangan dan Proklamator Kemerdekaan.
Presiden Pertama Republik Indonesia 
            Pada tanggal 18 Agustus 1945 diadakanlah rapat Komite Nasional, dimana selain menetapkan UUD 1945 juga mengangkat Bung Karno sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama dan Bung Hatta sebagai wakil presidennya. Sementara itu proklamasi disambut hangat oleh seluruh rakyat indonesia. Berkobarlah peperangan dan perlawanan rakyat menghadapi tentara Jepang. Dalam waktu itu datanglah tentara Sekutu dimana membonceng di belakangnya NICA. Kedatangan Belanda kembali ini lebih menimbulkan amarah rakyat, apalagi ternyata tentara Inggris membantu NICA, sehingga timbul pertempuran antara rakyat indonesia melawan tentara Inggris, NICA, dan Jepang.
            Selain rongrongan dari luar yang dilakukan oleh kolonialis Belanda, dari dalam pun RI mendapat ujian dan cobaan. Akan tetapi semua petualangan dan penyelewengan itu satu demi satu dapat digulung habis, berkat kewaspadaan dan kesadaran rakyat yang tinggi di bawah kepemimpinan Bung Karno sebagai presiden. Betapapun kadang-kadang kegentingan suasana meruncing di dalam negeri, apalagi menghadapi situasi politik internasional, Bung Karno sebagai Presiden Republik Indonesia dengan tenang dan tabah mengemudikan bahtera negara. Baik sebagai pemimpin rakyat, maupun sebagai Presiden Bung Karno dicintai oleh rakyat banyak.
Pemimpin Besar Revolusi
            Menurut Bung Karno Revolusi Indonesia itu mengenal Romantika-Dinamika-dan Dialektika. Itulah garis-garis besar daripada revolusi. Di samping itu hukum-hukum revolusi secara terperinci, ialah hukum-hukum yang dikemukakan oleh Bung Karno di dalam TAVIP sebagai berikut:
1.    Revolusi pasti punya kawan dan punya lawan, dan kekuatan-kekuatan revolusi harus tahu siapa kawan dan siapa lawan, maka harus ditarik garis pemisah yang terang dan harus diambil sikap yang tepat terhadap kawan dan terhadap lawan.
2.    Revolusi yang benar-benar revolusi bukanlah revolusi istana atau revolusi pemimpin, melainkan revolusi rakyat. Oleh sebab itu, maka revolusi tidak boleh main atas saja, tetapi harus dijalankan dari atas dan dari bawah.
3.    Revolusi adalah simfoninya destruksi dan konstruksi, simfoninya penjebolan dan pembangunan.

4.    Revolusi punya tahap-tahapnya
5.    Revolusi harus punya program yang jelas dan tepat
6.    Revolusi harus punya soko guru yang tepat dan punya pimpinan yang tepat, yang berpandangan jauh ke muka, yang konsekuen, yang sanggup melaksanakan tugas-tugas revolusi sampai pada akhirnya dan revolusi juga harus punya kader-kadernya yang tepat pengertiannya dan tinggi semangatnya.
Tiga kerangka tujuan Revolusi Indonesia adalah:
1.    Membentuk satu Negara Republik Indonesia yang berbentuk negara Kesatuan dan Negara Kebangsaan yang demokratis, dengan wilayah kekuasaan dari sabang sampai merauke.
2.    Membentuk satu masyarakat yang adil dan makmur materiil dan spirituil dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3.    Pembentukan satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara di dunia, terutama dengan negara-negara Asia-Afrika.
Panglima Tertinggi ABRI
            Seperti diketahui berdasarkan UUD 1945 Pasal 10, Presiden Republik Indonesia, juga menjabat sebagai panglima tertinggi Angkatan Bersenjata RI. Sebagai seorang panglima tertinggi, Bung Karno dihormati oleh segenap anggota Angkatan Bersenjata kita. Sejak revolusi fisik dahulu hingga 1965, perintah dan komando Bung Karno selaku Panglima Tertinggi, senantiasa dilaksanakan. Baik dalam menghadapi musuh-musuh dari dalam maupun musuh-musuh dari luar seperti agresi militer Belanda pertama dan kedua, Trikora dan Dwikora, Angkatan Bersenjata kita selalu taat dan patuh menjalankan komandonya. Sejak Proklamasi hingga 1965, antara Bung Karno sebagai Panglima Tertinggi dengan ABRI selalu terdapat kerjasama yang baik.
            Kepada Angkatan Perang kita, Bung Karno selalu menanamkan suatu kepercayaan yang dapat memberikan dorongan angkatan perang kita dan daya tahan dalam berjuang. Bung Karno menggembleng angkatan perang kita baik fisik maupun mental, moral serta morilnya agar menjadi satu angkatan perang yang kuat di dunia, yang ditakuti serta disegani oleh lawan dan kawan.
            Angkatan bersenjata kita di bawah pimpinan Bung Karno sebagai panglima tertingginya, makin lama makin sempurna, sehingga kini menjadi kebanggan nasional, yang ditakuti dan disegani oleh lawan dan kawan. Bung Karno dengan kegigihan dan keuletan selalu berusaha menyempurnakan anggakatan bersenjata kita. Dari angkatan perang yang hanya bersenjata golok dan bambu runcing, hingga menjadi angkatan bersenjata yang memiliki persenjataan modern.
Pemimpin dan Politikus
            Bung Karno adalah seorang pemimpin yang cinta kepada rakyat dan dicintai oleh rakyat. Umumnya apa yang dirasakan oleh rakyat dimengerti oleh Bung Karno, dan apa yang dimaksudkan oleh Bung Karno dimengerti oleh rakyat. Dan sebaliknya apa yang menjadi angan-angan dan cita-cita rakyat diwaktu itu Bung Karno perjuangkan. Bung Karno tahu betul jiwa dan kemauan rakyat. Antara Bung Karno dan rakyat terjalin rasa cinta mencintai dan percaya mempercayai. Ini merupakan modal Bung Karno yang terbesar dalam perjuangan dan memimpin rakyat berpuluh-puluh tahun, yang jarang dimiliki oleh pemimpin-pemimpin lain.
             Itulah sebabnya kita berkesimpulan, bahwa Bung Karno adalah merupakan faktor dalam pergulatan kekuatan dan konstelasi politik di tanah air. Dan memang Bung Karno adalah seorang politikus yang ulung, berkaliber berat, dan tidak dapat diabaikan begitu saja. Dalam pendirian politiknya, termasuk konsekuen. Sebagai seorang pemimpin negara, pengaruh, kewibawaan, dan kepemimpinan Bung Karno diakui baik oleh kawan maupun lawan.
            Rakyat tidak takut kepada Bung Karno, tetapi cinta dan setia. Sebaliknya karena keramah-tamahannya, kepribadiannya, dan kepemimpinannya itu, Bung Karno dapat memikat dan menarik hati serta simpati rakyat yang sebesar-besarnya. Jika rakyat bertemu dengan Bung Karno tidak ada yang takut, tetapi senang dan cinta. Sebaliknya Bung Karno pun mencintai rakyat dan kasih sayangnya sebagai seorang bapak terhadap anak-anaknya. Di mata rakyat Bung Karno tidak saja dianggap sebagai pemimpin, akan tetapi sebagai bapak rakyat dan kawan rakyat yang cinta dan dicintai. Sebagai pemimpin rakyat, Bung Karno selalu mendidik rakyat dalam segala hal.
Patriot Paripurna
            Kecintaan Bung Karno kepada ibu pertiwi bukan main besarnya, Bung Karno adalah seorang patriot sejati, patriot paripurna. Setiap kali berhadapan dengan pemuda sebagai seorang patriot besar, Bung Karno menanamkan dalam hati dan jiwa para pemuda itu rasa cinta kepada tanah air. Sebagai seorang patriot paripurna, maka cinta Bung Karno kepada tanah air indonesia, adalah bagaikan cintanya seorang putera yang setia terhadap ibunya. Untuk kepentingan tanah air, Bung Karno telah sedia dan rela berkorban disamping tenaga dan pikiran juga dihukum, dibuang oleh pemerintah kolonial Belanda dahulu. Kepada tanah air Bung Karno telah mengabdikan dirinya berjuang berpuluh-puluh tahun untuk kebesaran dan keagungan ibu pertiwi. Kepada tanah air indonesia Bung Karno menyerahkan seluruh jiwa dan raga.
Pembina Bangsa
            Sejak datangnya imperialisme dan kolonialisme, maka kita mengalami masa suram dan gelap, yang menyebabkan kita menjadi bangsa yang sengsara. Oleh karena itu, disadarkannya rakyat Indonesia oleh Bung Karno, bahwa apabila kita mau berjuang untuk melepaskan diri dari cengkraman dan penjajahan Belanda, kita akan mempunyai masa depan yang gemilang. Setiap waktu digemblengnya rakyat sejak di masa penjajahan dahulu hingga sekarang. Untuk menjadi satu bangsa yang terhormat, bangsa yang ototnya terbuat dari kawat, dan tulang terbuat dari besi, itulah bangsa yang gemblengan.
            Bangsa atau rakyat kita yang semula terpecah belah menjadi rakyat yang berkeping-keping yang dipisahkan oleh perbedaan suku bangsa, adat istiadat, kepercayaan hidup dan agama, dengan dipelopori oleh pemuda sejak tahun 1928 telah bertekad dan bersumpah mengaku: berbangsa satu, Bangsa Indonesia, berbahasa satu Bahasa Indonesia, bertumpah darah satu, Tanah air Indonesia. Sejak adanya sumpah pemuda, mulai timbul kesadaran nasional di kalangan pemuda, yang tidak mengenal lagi istilah kedaerahan. Rasa kebanggaan mulai tumbuh dan hidup dalam setiap dada pemuda pemudi, putra dan putri indonesia. Kemudian pada pertengahan tahun 1945, Bung Karno tampil dengan hasil galiannya yang berupa pancasila untuk mempersatukan seluruh bangsa indonesia, menjadi nation baru, yaitu nation pancasila, menjadi manusia baru, yaitu manusia pancasilais.
Pembaharu Sosial
            Bung Karno adalah seorang pembaharu sosial tata hidup masyarakat indonesia. Sebagai seorang pembaharu sosial, Bung Karno tidak hanya memberikan doktrin-doktrin melalui karya-karya tulisannya sejak usia mudanya, akan tetapi juga langsung memberikan bimbingan dan pimpinan dalam merealisasikan doktrin-doktrin ajarannya yang progresif revolusioner.
            Kepada umat islam indonesia yang merupakan mayoritas dari bangsa indonesia. Bung Karno memanggil dan menyeru agar umat islam bangkit dari kelengahannya. Dianjurkannya supaya umat islam kembali kepada kemurnian cita  ajaran islam yang progresif revolusioner. Islam menurut Bung Karno bukan agama yang kolot dan statis, islam bukanlah agama yang membiarkan umatnya diinjak-injak dan diperas oleh bangsa lain. Akan tetapi islam justru mewajibkan umatnya untuk bangkit dan melawan kezaliman. Islam adalah agama yang progresif revolusioner. Oleh karena itu, sebagai umat islam harus memiliki jiwa besar, jiwa kesatria yang pantang menyerah, tetapi harus tegak, sesuai dengan perintah agama.
            Dan untuk mempersatukan segenap bangsa indonesia yang beraneka suku, adat-istiadat, agama, dan kepercayaan hidup. Bung Karno memberikan dasar pancasila, sebagai alat pemersatu bangsa, yang kini telah terbukti keampuhannya. Bahkan pancasila kini tidak saja sekedar menjadi alat pemersatu, melainkan juga menjadi way of life seluruh Bangsa Indonesia. Pengaruh dari karya-karya Bung Karno ini dalam tata hidupnya kemasyarakatan kita bukan main besarnya. Karenanya telah lahir manusia indonesia baru, insan politik baru, dan nasionalis indonesia baru, yaitu manusia-manusia pancasilais.
Orator dan Agitator
            Sebagai ahli pidato Bung Karno tisda ada duanya di indonesia. Setiap orang yang mendengarkan pidatonya merasa tertarik perhatiannya. Pidato Bung Karno sangat berapi-api dan dapat membakar hati dan semangat orang yang mendengarnya. Berapa lamapun Bung Karno berpidato, orang tetap suka dan senang untuk mendengarkannya, tidak bosan. Karena memang Bung Karno pandai menarik perhatian pendengarnya.
            Suara Bung Karno yang kadang-kadang lemah-lembut, tetapi tidak jarang pula kemudian menggeledek bagaikan guntur yang membelah angkasa, dapat membakar jiwa dan semangat yang mendengarkannya. Kata-katanya sederhana, mudah dimengerti, fasih lidah waktu mengucapkannya, dan penuh dengan daya semangat juang yang berapi-api dan menyala-nyala. Kalau Bung Karno sedang berpidato menggembleng rakyat, tidak seorang pun yang tidak terkena nyala api semangatnya. Gerak tangan maupun badannya serta sorot matanya yang tajam dan bersinar dapat menembus setiap hati dan jiwa rakyat di sekitarnya.
            Bahasa pidato yang digunakan Bung Karno umumnya adalah bahasa indonesia yang kadang-kadang diselingi dengan bahasa-bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, atau bahasa-bahasa asing lainnya seperti bahasa-bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Arab dan sebagainya. Pidato Bung Karno penuh dengan gaya romatik dan dinamik sesuai dengan irama revolusi kita. Disinilah keunggulan dan keistimewaan Bung Karno sebagai seorang orator dan agitator yang ulung, yang belum ada duanya.
      


BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika.
Bung karno merupakan aktivis, yang semasa mudanya sudah mulai berjuang dalam gerakan politik, dan pernah didik oleh H.O.S. Tjokroaminoto. Darah pemimpin dan pejuang yang telah dimilikinya sejak usia mudanya semakin menonjol setelah menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi, ilmunya semakin  bertambah, dan jiwanya semakin matang. Pada tahun 4 Juli 1927 di kota Bandung Soekarno bersama-sama dengan Mr. Iskaq Tjokrohadisurja, Dr. Samsi Sastrowidagdo, Mr. Budiarto, Mr. Sartono, Mr. Sunarjo dan Anwari mendirikan PNI yang bertujuan mencapai: Kemerdekaan Indonesia, berhaluan non cooperation dengan pemerintah kolonial Belanda.
            Sebagai penyambung lidah rakyat, Bung Karno tanpa ragu-ragu membela hak-hak dan kepentingan rakyat. Karena memang perjuangan Bung Karno bukanlah perjuangan seorang diri pribadi, bukan untuk golongan tertentu, bukan mewakili PNI partai yang dipimpinnya saja, akan tetapi mewakili kepentingan rakyat dan suara rakyat sepenuhnya. Sebab Bung Karno dilahirkan oleh rakyat, dibesarkan di tengah-tengah rakyat, dan berjuang untuk kepentingan rakyat. Meskipun berbeda tempat, keadaan, cara dan taktik perjuangan, namun tujuannya tetaplah satu, yaitu menuju ke kemerdekaan Indonesia yang bulat. Tempat dan keadaan boleh berganti-ganti, cara serta taktik boleh berubah-ubah, akan tetapi tujuan tetap satu jua, yaitu: Indonesia merdeka.




DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2009. Biografi Presiden Soekarno. Diakses dari http://kolom-biografi.blogspot .com/2009/01/biografi-presiden-soekarno.html pada tanggal 29 September 2011.

Andjar, Any. 1978. Menyingkap Tabir Bung Karno. Semarang: Aneka Ilmu.

Giebels, Lambert. 2001. Soekarno (Biografi 1901-1950). Jakarta: PT Grasindo.

Salam. Solichin. 1984. Bung Karno Putra Fajar. Jakarta: PT Gunung Agung.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pictures