BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang mampu mengadakan evaluasi. Ia tidak saja menggolong-golongan benda dan aktivitas tetapi juga manusia itu sendiri. Salah satu hasil proses evaluasi itu ialah pembagian masyarakat ke dalam kelas atau tingkatan sedemikian rupa, sehingga orang dalam kelas tertentu digolongkan sama, tetapi tingkatan-tingkatan itu sendiri disusun secara hierarkis. Kriteria mana yang dipergunakan untu menempatkan orang dalam tiap-tiap kelas berbeda dari satu mayarakat kepada yang lain: keberanian dan keahlian dalam peperangan, pengetahuan teknik, pendidikan kesusastraan dan kemanusiaan, kesucian, atua keberhasilan keuangan. Sistem stratifikasi dapat pula dibandingkan dengan menggunakan berbagai variable, seperti criteria untuk penempatan kelas, bagaimana sulitnya berpindah dari satu kelas ke kelas lain, bagaimana tajamnya perbedaan kelas-kelas itu, bagaimana secara sosial jauhnya perbedaan antara kelas atas dengan bawah, atau bagaimana jumlah keseluruhan penduduk terbagi di antara kelas-kelas.
Keluargalah, bukan semata-mata perorangan yang digolongkan dalam struktur kelas. Keluarga merupakan kunci system stratifikasi dan mekanisme sosial yang memeliharanya. Interaksi antar pribadi pada tingkatan kelas yang berbeda-beda, dapat dilihat bik jarak maupun persamaannya.
Hubungan antara keluarga dan stratifikasi banyak sekali dan komplek, tetapi dapat dikategorikan di bawah dua bentuk: (1) distribusi pola dan proses keluarga, bagaimana dan mengapa tingkah laku keluarga itu berbeda dalam strata sosial yang berbeda, dan (2) sistem keluarga mana yang berhubungan dengan system stratifikasi yang mana.
B. Rumusan Masalah
1. Yang dimaksud dengan kelas sosial?
2. Apa hubungan kedudukan kelas dan factor keluarga?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan stabilitas kelompok?
4. Bagaimana hubungan stratifikasi dengan peran keluarga?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kelas sosial.
2. Mengetahui hubungan kedudukan kelas dan factor keluarga.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan stabilitas kelompok.
4. Mengetahui hubungan stratifikasi dengan peran keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya di dalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu diketahui serta diakui oleh masyarakat umum.
Beberapa pendapat tentang kelas sosial:
1. Kurt B. Mayer: Istilah kelas hanya dipergunakan untuk laspisan yag berdasarkan atas unsur-unsur ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan kemasyarakatan dinamakan kelompok kedudukan (status grup).
2. Max Weber: Membuat pembedaan antara dasar-dasar ekonomis dan dasar-dasar kedudukan sosial, dan tetap menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagid alam kelas yang bersandarkan atas kepemilikan tanah dan benda-benda, serta kelas yanng bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakankecakapannya. Adanya golongan yang mendapat kehormata khusus dari masyarakat dan dinamakannya stand.
Definisi lain dari kelas sosial adalah berdasarkan beberapa kriteria tradisional, yaitu:
1. Besar atau ukuran jumlahnya anggota-anggotanya
2. Kebudayan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya
3. Kelanggengan
4. Tanda-tanda/lambang-lambang yang merupakan ciri khas
5. Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu terhadap kelompok lain)
6. Antagonisme tertentu
B. Kedudukan Kelas dan Faktor Keluarga
Status sosial merupakan kedudukan seseorang dalam kelompok yang dibedakan dengan derajat atau kedudukan seseorang dengan individu lainnya. Posisi ekonomi keluarga juga akan menentukan posisi atau kedudukan keluarga di dalam masyarakat tempat keluarga itu tinggal. Status sosial ekonomi keluarga memberikan corak tersendiri pada kehidupan sosialnya, misalnya pada anak dapat dilihat dengan pilihan sekolah, pilihan peralatan, dan cita-cita (keinginan).
WS Winkel (1997:597) menyatakan bahwa status sosial ekonomi rumah tangga yaitu tingkat pendidikan orang tua, tinggi rendahnya pendapatan orang tua, jabatan ayah dan ibu, daerah tempat tinggal dan suku bangsa. Anak tentu berpartisipasi dalam status sosial ekonomi keluarganya. Status ini ikut menentukan tingkat pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan pegangan kunci bagi beberapa jabatan tertentu. Misalnya, peran calon untuk jabatan dokter, dosen, hakim, ahli hukum, dan ilmuwan pada umumnya lebih banyak yang berasal dari keluarga – keluarga dengan status ekonomi tengah ke atas daripada berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah (bawah).
Contoh hubungan antara kedudukan kelas dan faktor keluarga:
1. Cece Wijaya (2007: 57), mengatakan bahwa siswa yang berasal dari keluarga miskin berkecenderungan banyak melakukan perilaku menyimpang daripada siswa yang datang dari keluarga berkecukupan.
2. Kirk dalam Cece Wijaya (2007:57), terdapat lima kali lebih banyak siswa lamban belajar yang berasal dari keluarga ekonomi lemah dibandingkan dengan siswa lamban belajar yang berasal dari keluarga ekonomi tinggi.
3. Di negara-negara Barat batas umur laki-laki yang menikah naik sesuai kedudukan kelas.
4. Tapi, umumnya kaum bangsawan negara-negara Barat menikah pada usia yang lebih muda daripada kelas-kelas lainnya.
5. Ke arah strata sosial yang lebih tinggi, kaum muda lebih dibatasi dalam hal memilih jodoh.
6. Jika terjadi perkawinan antar kelas, lebih banyak kemungkinan wanita yang menikah dengan kelas yang lebih tinggi.
7. Pertunangan biasanya lebih lama pada strata atas.
8. Jika terjadi poligini, maka laki-laki yang berkedudukan sosial ekonomi tinggilah yang lebih banyak kemungkinan memppunyai lebih dari satu istri.
9. Kekuasaan para tetua dan laki-laki lebih tinggi ke arah strat atas
10. Jaringan sanak lebih luas ke arah strata atas.
11. Angka perceraian lebih tinggi pada kelas sosial rendah.
Hal-hal di atas tidak dapat dijelaskan mengapa atau bagaimana semua itu terjadi, tetapi ringkasan yang demikian dapat menunjukkan adanya beberapa keberaturan yang penting dan berguna sebgai petunjuk untuk menganalisa proses interaksi yang lebih umum, antara stratifikasi dan keluarga.
C. Perbedaan Pengendalian Keluarga
1. Keluarga kelas atas mengendalikan keluarganya agar dapat mempertahankan kedudukan dalam persaingan yang terus menerus.
2. Keluarga kelas bawah mengendalikan keluarganya agar dapat naik ke kelas atas.
Keluarga kelas atas di semua sistem stratifikasi terlibat perjuangan yang terus menerus untuk mempertahankan kedudukan mereka, dengan mengendalikan jalan masuk menuju berbagai kesempatan, mencegah penerimaan, dan dengan memaksakan anak-anak mereka bertahan pada standar kelas atas. Keluarga-keluarga itu mempunyai kesempatan untuk berhasil, karena sumber-sumber yang tersedia untuk berbagai tugas sedikit bertambah dengan kedudukan kelas.
Keluarga kelas atas dapat mengendalikan hari depan mereka lebih efektif, karena anak yang ingkar dari kalangan atas akan lebih banyak mengalami kerugian dibandingkan anak yang memberontak dari kelas rendah. Pada kebanyakan masyarakat kepala keluarga kelas atas berhasil memaksakan baik kekuasaanya sendiri maupun hukum untuk memberhentikan perkawinan yang tidak disetujui, dan dapat memaksakan kepatuhan karena kemampuannya untuk membagi kekayaan atau kesempatan kerja. Perbedaan pengendalian inilah yang merupakan kunci ketahanan keluarga yang mempunyai lebih banyak kesempatan sosial dari pengaruh penggerogotan sistem industri.
Banyak keluarga yang tidak akan sanggup menghadapi persaingan yang berlangsung, karena itu keluarga-keluarga yang mempunyai kelebihan selalu berada di bawah tekanan dari keluarga-keluarga lain yang menginginkan kelebihan-kelebihan itu. Belum ada sistem yang diciptakan untuk melindungi keluarga kelas atas dari penggantian kematian, kegagalan talenta dan tenaga, ketidakmampuan untuk mensosialisir anak-anak mereka secara efektif, atau ketidaksuburan. Meskipun keluarga kelas atas dapat melindungi perorangan dan persaingan keras, keluarga-keluarga itu sebagai kelompok atau jaringan tidak dapat menghindarkan diri dari persaingan, termasuk tekanan dari mereka yang berjuang ke atas. Dapat terjadi bahwa kelurga-keluarga yang melindungi anggota-anggotanya dengan terlalu ketat dari persaingan dapat meruntuhkan diri sendiri karena gagal mengarahkan anak-anak mereka secara tepat untuk dapat meneruskan kepemimpinan keluarga pada generasi berikutnya.
D. Stabilitas Kelompok
Akibat proses persaingan ini jelas stabilitas keluarga-keluarga besar hanya merupakan ilusi, sedikit yang dapat mempertahankan kedudukannya selama beberapa generasi. Sebagai contoh mobilitas diantara beberapa dinasti Cina menunjukkan bahwa 1/3 kaum elite dari suatu generasi berasal dari keluarga non elite.
Keluarga-keluarga kelas atas bersaing bukan hanya dengan keluarga-keluarga kelas rendah yang bergerak ke atas, tetapi juga satu sama lain. Keluarga yang tingkat kesuburannya rendah mungkin akan lenyap, tetapi keluarga yang terlalu banyak anak mungkin tidak dapat memelihara semua anggotanya dan harus menyaksikan beberapa sanaknya turun ke tingkat yang lebih rendah dalam masyarakat.
Meskipun orang tua dari kalangan atas di semua masyarakat mempunyai lebih banyak kekuasaan daripada orang tua kalangan lain, ada kecenderungan dimana sistem stratifikasi itu berdasarkan keberhasilan individual, pengendalian yang terlampau ketat dari pihak orang tua sulit dipertahankan.
E. Peran dan Fungsi Keluarga
Setiap anggota keluarga memiliki fungsi dan perannya masing-masing. Peranan dalam sebuah keluarga menggambarkan seperangkat perilaku individu, sifat, dan semua kegiatan yang berhubungan dengan individu itu sendiri. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Peran-peran yang harus dilakukan oleh setiap anggota keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan Ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan Ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peran Anak: Anak-anak melaksanakan peranan yaitu menghormati orang tua, membantu orang tua, membahagiakan orang tua, dan lain-lain. Anak juga bisa berperan sebagai pencari nafkah untuk keluarga.
Selain peran, keluarga memiliki fungsi yang dapat menyokong peran-peran anggota keluarga tersebut, yaitu:
1. Fungsi Pendidikan. Mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.
2. Fungsi Sosialisasi anak. Keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan. melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi Religius. Memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
6. Fungsi Ekonomis. Mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.
8. Fungsi Biologis. Menghasilkan keturunan.
Fungsi dan peranan dalam keluarga ini harus dilakukan secara kontinuitas atau terus menerus. Karena dengan begitu akan menjadikan sebuah keluarga dapat berfungsi dengan semestinya.
F. Stratifikasi Dan Peran-peran Keluarga
Jika seorang meninggalkan pekerjaannya maka ia sama sekali terlepas dari kedudukan kelasnya, dan kehilangan sama sekali sumber utama kedudukan sosialnya tanpa keuntungan status pengganti. Jarang sekali terjadi bahwa ia dapat mewariskan pekerjaannya itu pada anaknya. Untuk pengetahuan teknik, masyarakat kita juga tergantung kepada para professional atau buku-buku yang mereka tulis, tidak pada pengetahuan yang dikumpulkan dari para tetua. Jadi jika terjadi pertentangan paham dengan anak laki-lakinya, orang tua akan kekurangan kekuatan daya berunding. Masyarakat tidak memberikan peran khusus pada pemilikan tanah, karena hanya berarti sama dengan kekayaan. Bagaimanapun keluarga kelas tinggi kemungkinan kecil dapat mempertahankan tanah milik yang telah dikuasai selama beberapa generasi. Karena itu kesinambungan keluarga tidak dipersamakan dengan kesinambungan pemilikan tanah.
Salah satu akibat menarik faktor-faktor yang telah menyatu ini ialah perubahan dalam sikap orang-orang tua berhubung dengan tanggungjawab mereka kepada generasi berikutnya. Karena jarang sekali orang yang sekarang ini mencoba memupuk kekayaan, ataupun warisan yang besar untuk anak-anak mereka. Generasi tua menerima tanggungjawab untuk memberikan yang muda pendidikan yaitu modal ketrampilan untuk memperoleh pekerjaan. Salah satu segi perubahan ini ialah bahwa orang tua lebih banyak menuntut hak mereka untuk mendapatkan kesenangan dengan uang mereka. Penyediaan kesejahteraan sosial telah berkembang selama decade yang lewat, seperti yang dikemukakan beberapa orang ahli, karena yang muda tidak dapat lebih lama diharapkan mau memelihara yang tua secara baik. Segi sebaliknya dari hal ini juga berharga untuk diteliti, para tertua juga kurang tanggungjawabnya terhadap anak-anak mereka yang telah dewasa.
BAB III
Penutup
Penutup
A. Kesimpulan
1. Kelas sosial adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya di dalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu diketahui serta diakui oleh masyarakat umum.
2. Beberapa contoh hubungan antara kedudukan kelas dan faktor keluarga: Cece Wijaya (2007: 57), mengatakan bahwa siswa yang berasal dari keluarga miskin berkecenderungan banyak melakukan perilaku menyimpang daripada siswa yang datang dari keluarga berkecukupan, dan Kirk dalam Cece Wijaya (2007:57), terdapat lima kali lebih banyak siswa lamban belajar yang berasal dari keluarga ekonomi lemah dibandingkan dengan siswa lamban belajar yang berasal dari keluarga ekonomi tinggi.
3. Keluarga kelas atas di semua sistem stratifikasi terlibat perjuangan yang terus menerus untuk mempertahankan kedudukan mereka, dengan mengendalikan jalan masuk menuju berbagai kesempatan, mencegah penerimaan, dan dengan memaksakan anak-anak mereka bertahan pada standar kelas atas.
4. Keluarga-keluarga kelas atas bersaing bukan hanya dengan keluarga-keluarga kelas rendah yang bergerak ke atas, tetapi juga satu sama lain. Keluarga yang tingkat kesuburannya rendah mungkin akan lenyap, tetapi keluarga yang terlalu banyak anak mungkin tidak dapat memelihara semua anggotanya dan harus menyaksikan beberapa sanaknya turun ke tingkat yang lebih rendah dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
J. Goode, William. 2002. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahayu, Bekti. 2009. Upaya Menjadikan Siswa SMP Masehi 2 PSAK yang Berasal dari Kelas Sosial Ekonomi Bawah untuk Bersikap dan Berpestasi Baik, SMP Masehi 2 PSAK, Semarang.
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar