BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transisi demokrasi di Venezuela tidak terlepas dari perjuangan gerakan sosial yang dipimpin oleh Hugo Chavez, pemimpin militer dan sekaligus Presiden yang menjabat saat ini. Chavez dengan gerakan MBR-200, sebuah gerakan yang dibentuk dari dalam organisasi militer yang bertujuan membentuk suatu negara yang sesuai dengan visi Bolivarian berhasil membangun iklim demokrasi partisipatoris di Venezuela. Hal ini menurut James Petras berhubungan dengan kepemimpinan yang karismatis yang biasa menjadi salah satu ciri gerakan sosial di Amerika Latin. Sejauh manakah kepemimpinan politik dapat berpengaruh terhadap pembangunan politik, khususnya di Venezuela dalam hal kepemimpinan Chavez. Akan lebih jelasnya akan dibahas dalam makalah ini yang berjudul “Biografi dan Kepemimpinan Hugo Chaves”. Makalah ini dibuat selain untuk memenuhi tugas juga agar menambah pengetahuan mengenai kepemimpinan Hugo Chaves, yang kaitannya kita dapat mengambil nilai-nilai kepemimpinan yang perlu diteladani.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang keluarga dan pendidikan Hugo Chaves?
2. Bagaimana proses menuju puncak kepemimpinan Hugo Chaves?
3. Bagaiman masa kepemimpinan Hugo Chaves?
4. Apa peran dan nilai-nilai kepemimpinan Hugo Chaves?
C. Tujuan
1. Menerangkan latar belakang keluarga dan pendidikan Hugo Chaves.
2. Medeskripsikan proses menuju puncak kepemimpinan Hugo Chaves.
3. Memaparkan masa kepemimpinan Hugo Chaves.
4. Menjelaskan peran dan nilai-nilai kepemimpinan Hugo Chaves.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan Hugo Chaves
Hugo Chavez Presiden Venezuela ke-53. lahir di Sabaneta, Venezuela pada tanggal 28 Juli 1954. Orang tua Hugo Chavez adalah Hugo de los Reyes Chavez dan Elena Chavez Frias yang bekerja sebagai guru dan tinggal di desa kecil Los Rastrojos. Sebelum kelahiran Hugo mereka sudah punya satu anak, Adán Chavez dan setelah kelahiran Hugo kemudian lahirlah José Aníbal Chavez Frias memangku meskipun salah satu dari saudaranya yaitu Enzo, meninggal pada usia enam bulan. Karena pasangan ini memperoleh pendapatan rendah dan miskin membuat mereka mengirim Hugo dan Adán untuk tinggal bersama nenek mereka Rosa. Rosa inilah yang kemudian mengajarkan tentang seseorang manusia yang murni, kasih yang murni, kebaikan murni. Rosa adalah seorang yang taat Katolik Roma , dan Hugo dibesarkan dalam iman. Chavez menyadari bahwa ia dan saudaranya sangat miskin tetapi mereka sangat bahagia dengan keadaan. Namun dari Rosa inilah juga Chavez mengenal kerendahan hati, kemiskinan, sakit, dan melihat ketidakadilan dunia ini.
Pada pertengahan 1960-an, Hugo, saudaranya dan nenek mereka pindah ke kota Barinas supaya dapat bersekolah di satu-satunya sekolah tinggi di negara pedesaan yaitu Sekolah Tinggi Daniel O'Leary. Disekolah ini Hugo Chavez biasa-biasa saja tanpa motivasi politik, dan hanya waktunya untuk studi sekolah dan bermain bisbol.
Usia tujuh belas, Chavez memutuskan untuk belajar di Akademi Militer Venezuela of Sciences di Caracas. kemudian berkata bahwa "aku merasa seperti ikan dalam air Seperti jika saya telah menemukan esensi atau bagian dari esensi kehidupan, panggilan sejati saya". Pada Akademi, ia adalah seorang anggota kelas pertama yang mengikuti kurikulum direstrukturisasi dikenal sebagai Andrés Bello Rencana. Rencana ini telah dilembagakan oleh sekelompok progresif, perwira militer nasionalis yang percaya perubahan diperlukan dalam militer. Kurikulum baru ini mendorong siswa untuk belajar tidak hanya rutinitas militer dan taktik, namun juga berbagai macam topik lainnya, dan untuk melakukannya profesor sipil didatangkan dari universitas lain untuk memberi ceramah kepada para kadet militer. Selama hidup di Caracas, ia melihat lebih dari endemik kemiskinan yang dihadapi oleh kelas buruh Venezuela, sesuatu yang menggemakan kemiskinan yang pernah dia alami sat tumbuh dewasa, dan dia telah menyatakan bahwa pengalaman ini hanya membuatnya lebih berkomitmen untuk mencapai keadilan sosial. Ia juga mulai terlibat dalam kegiatan lokal di luar sekolah militer, bermain baik bisbol dan softball dengan tim de Criollitos Venezuela, maju bersama mereka ke Kejuaraan Bisbol Nasional Venezuela. Hobi lain yang dia lakukan saat itu termasuk menulis banyak puisi, cerita dan potongan teater, lukisan dan meneliti kehidupan dan pemikiran politik abad ke-19 Amerika Selatan revolusioner Simon Bolivar. Ia juga menjadi tertarik pada revolusioner Marxis Che Guevara (1928-1967) setelah membaca memoar The Diary Che Guevara, meskipun juga membaca buku-buku oleh berbagai tokoh lain, dari Karl Marx untuk Hannibal dan Napoleon Bonaparte. Pada tahun 1975, Chavez lulus dengan gelar teknik dari Akademi Militer Venezuela dan merupakan salah satu lulusan terbaik. Hugo Chavez bergabung dengan militer dan selama 17 tahun Karirnya dengan tentara termasuk menjalankan tugas sebagai penerjun payung dan sebagai guru di akademi. Di sanalah dia mengembangkan gaya perkuliahan yang kuat yang ia kenal. Selama kuliah, Chavez mulai membangun kritik keras terhadap pemerintah Venezuela dan struktur sosial.
B. Proses Menuju Puncak Kepemimpinan Hugo Chaves.
Chavez ketika muda mempunyai keahlian sebagai pemain baseball. Baseball adalah olahraga terkemuka di Venezuela. Negara ini memiliki liga utama dan turnamen nasional seperti di Amerika Serikat. Ada juga beberapa kompetisi di mana pemain dari Amerika Tengah dan Selatan negara berpartisipasi. Setelah sekolah tinggi pemain berbakat diberikan beasiswa untuk Academy of Sciences Militer Venezuela, sebuah perguruan tinggi bergengsi, di mana ia memperoleh gelar dalam ilmu militer dan rekayasa. Dari sana Chavez bergabung dengan tentara dan cepat naik melalui pangkat untuk menjadi kepala unit pasukan payung elit.
Sementara Chavez saat menjadi tentara merasa terganggu oleh korupsi, dia melihat kalangan perwira tinggi militer. Sebenarnya, rezim yang berkuasa pada waktu itu, dipimpin oleh Carlos Andrés Peérez (1922 ), juga terkenal karena suap. Chavez terorganisir kelompok yang berpikiran seperti tentara dan diam-diam membentuk sebuah organisasi yang disebut Gerakan antikorupsi Revolusi Bolivarian. Pada tahun 1992, Chavez dan kelompoknya lebih dari dua belas ribu berusaha untuk menggulingkan pemerintah Perez dalam kudeta berdarah yang biaya ratusan nyawa. Meskipun kudeta itu gagal dan Chavez akhirnya pergi ke penjara selama dua tahun berikutnya, ia menjadi pahlawan nasional ke media.
Satu dekade sebelum melakukan kudeta, Hugo Chavez membentuk sebuah gerakan bersama kelompok perwira militer bernama Simon Bolivar (Bapak Kemerdekaan Amerika Latin). Kebijakan Presiden Carlos Andres Perez menaikkan harga bensin dan pengekangan yang mengakibatkan protes dari massa rakyat sepertinya tepat kalau “alat” itu segera digunakan. Terlebih, setelah memperhatikan kerusuhan selama tiga hari (27 Pebruari 1989). Ratusan orang tewas, banyak jenazah tetap tak teridentifikasi dalam sebuah makam. Seperti tak bisa ditunda lagi, Letkol Hugo Chavez memimpin sekitar 5.000 tentara untuk melakukan kudeta berdarah pada 4 Februari 1992 meskipun menuai kegagalan. Revolusi bulan Februari oleh Gerakan Revolusioner Bolivarian menelan korban jiwa 18 tewas serta 60 orang lainnya cedera. Chavez kemudian menyerahkan diri. Ia kemudian mendekam di penjara militer saat para koleganya berupaya kembali merebut kekuasaan sembilan bulan kemudian Percobaan kudeta kedua pada bulan September 1992 juga gagal. Hugo Chavez dikurung dua bulan penjara. Sewaktu di dalam penjara, ia membentuk partai bernama Gerakan Republik Ke-5 (Movement of the Fifth Republic) dan melakukan transisi dari militer ke politikus. Setelah para pembangkang sempat menguasai sebuah stasiun televisi serta sempat menyiarkan rekaman Chavez yang mengumumkan kejatuhan pemerintah berkuasa, ia dijatuhi hukuman penjara selama dua tahun. Chavez kemudian mendapatkan pengampunan. Di luar penjara, ia melansir partainya sebagai Gerakan Republik Kelima dan menjalani transisi dari dunia tentara ke dunia politikus.
Chavez yang memimpin koalisi Patriotic Pole berhaluan kiri secara jelas menegaskan, mengikuti jejak tokoh legendaris Argentina (Jenderal Juan Peron) yang dipandang sangat peduli pada kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, dan persamaan hak.
C. Masa Kepemimpinan Hugo Chaves.
Setelah terpilih sebagai presiden tahun 1998, ia berkali-kali mengalami guncangan pemerintahan. Ia diancam dibunuh (2000). Tetapi, ia mendapatkan mandat enam tahun masa jabatan pada tahun tersebut guna melakukan reformasi politik. Keberhasilan Chavez dalam pemilihan presiden tahun 1998 didasarkan pada kampanye bahwa ia merupakan salah satu dari rakyat biasa Venezuela dengan melakukan kontak-kontak langsung dengan rakyatnya. Dalam menegakkan demokrasi partisipatoris di Venezuela ia secara rutin muncul dalam program radio khusus yang disebut Alo Presidente (Hello President) untuk menjawab pertanyaan dari rakyatnya secara langsung lewat telepon interaktif. Ia juga aktif dalam memberikan pidato dan penerangan atas kebijakan politiknya lewat Channel, Program TV negara di Venezuela. Bahkan rakyat Venezuela kini boleh datang ke istana presiden dan walau mereka tidak selalu bertemu presiden tapi paling tidak ada salah seorang wakil dari presiden yang menerima mereka. Pokok pemikiran Chavez dipenuhi konsep sebuah negara dengan kedaulatan rakyat sepenuhnya. Rakyatlah yang memegang hak untuk mengeser para pejabat yang korup dan yang melanggar hak asasi manusia sehingga otoritas tidak lagi dimiliki penuh oleh anggota parlemen.
Kekuasaan bukan lagi terpusat di ibukota tapi pada tingkat kecamatan. Hal ini sejalan dengan dasar dari demokrasi adalah sebuah sistem politik yang diperintah oleh rakyat bukan otokrasi dan monarki. Chavez juga membuat infrastruktur-infrastruktur penegak hukum seperti Mahkamah Agung dan Lembaga Ombudsman. Ia menjamin hak-hak warga negaranya, bahkan untuk mereka yang pernah melakukan kudeta terhadapnya.Walau begitu ia sangat terbuka terhadap kritik dan memberikan kebebasan seluas-luasnya terhadap pers. Kudeta yang pernah diterimanya juga tidak terlepas dari peran pers dan media Venezuela yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh asing. Kudeta tersebut gagal karena rakyat masih sangat menginginkan Chavez menjadi Presiden mereka.
Di bawah pemerintahan Chavez pendidikan politik terhadap masyarakat kecil sangat intens sehingga masyarakat sadar politik dan mengetahui isi undang-undang Venezuela lewat buku kecil Undang-undang yang dibagikan pemerintah sehingga rakyat tidak mudah dibodohi dan diprovokasi. Kekuatiran dan perdebatan akhir-akhir ini terjadi di beberapa kalangan akademisi dan praktisi mengenai penyebutan demokrasi. Terlepas dari fakta bahwa rakyat Venezuela merasa bahwa pemerintahan Chavez sangat demokratis dan beberapa ahli Amerika Latin bahkan menganggap bahwa ini adalah satu bentuk demokrasi partisipatoris akan tetapi Chavez sendiri cenderung bergerak ke kiri dan mencita-citakan bentuk pemerintahan sosialis. Ia mulai sering berpidato tentang Trotsky dan revolusi
Pada 14 November 2001, Presiden Hugo Chavez mengumumkan serangkaian tindakan yang bertujuan merangsang pertumbuhan ekonomi termasuk di antaranya mengundangkan Undang-undang Reformasi kepemilikan tanah yang menetapkan bagaimana pemerintah bisa mengambil alih lahan-lahan tidur, tanah milik swasta, serta mengundangkan Undang-undang Hidrokarbon yang menjanjikan royalti fleksibel bagi perusahaan-perusahaan yang mengiperasikan tambang minyak milik pemerintah.
Kebijakan ekonomi yang dinilai kontroversial terutama menyangkut Undang-undang Reformasi kepemilikan tanah, di antaranya memberi kekuasaan pada pemerintah untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan real estate yang luas dan tanah-tanah pertanian yang dianggap kurang produktif mengundang protes jutaan orang di ibukota, Caracas (11 Desember 2001). Selain, mata uang Bolivar jatuh terpuruk 25% terhadap dolar AS setelah pemerintah menghapuskan kontrol terhadap nilai tukar uang yang sudah dipertahankan lima tahun.
Bulan April 2002, sekitar 150.000 orang berunjuk rasa, yang dipelopori oleh Carlos Ortega dan Pedro Carmona, yang bertujuan untuk mendukung pemogokan dan protes minyak. Sementara pada waktu yang hampir bersamaan, ribuan pendukung Chavez berada di sekitar istana, menunjukkan kesetiaan mereka pada presiden yang terpilih dengan demokratis tersebut.
Secara sepihak, pihak oposisi yang melancarkan demo pemogokan tersebut tiba-tiba mengubah rute yang sudah ditentukan, berputar ke arah istana sehingga kekhawatiran akan terjadinya bentrokan memacu protes dari walikota Caracas pada Carlos Ortega sebagai orang yang dianggap bertanggung-jawab pada demonstran yang dibawanya.
Bentrokan pun terjadi di antara dua massa besar tersebut, yang dicoba lerai oleh pihak keamanan. Namun di tengah bentrokan, suara-suara tembakan terdengar. Jelas sekali di kemudian hari, dari hasil dokumentasi dan pengumpulan informasi, diketahui ada penembak gelap yang bersembunyi.
Pada saat tersebut, nyaris dari 25% penduduk Venezuela memiliki pistol. Tidak terkecuali dengan mereka yang berada dalam demonstrasi besar tersebut. Tembakan-tembakan pun diarahkan, baik oleh pendukung Chavez maupun pihak oposisi yang tidak tahu apa-apa, ke arah tembakan dari penembak gelap. Namun dalam tayangan yang ditampilkan oleh televisi swasta yang sebagian besar dimiliki oleh pihak yang beroposisi pada Chavez, dikesankan seakan penembakan dilakukan oleh pendukung Chavez dengan brutal pada pihak demonstran oposisi.
Kejadian itu menelan korban 10 orang tewas dan 110 lainnya cedera. Presiden Chavez bukannya melarang aksi-aksi kekerasan tersebut diliput televisi, bahkan aksi-aksi tersebut dibesar-besarkan oleh pihak media yang anti dengan Chavez sebagai kesalahan dan tanggung-jawab Chavez. Meskipun pada kenyataannya mereka menyembunyikan fakta bahwa baik pendukung Chavez maupun oposisi, pada saat tersebut sama-sama menjadi sasaran penembak gelap. Pada saat itu, para perwira militer pembangkang mengharapkan Chavez mengundurkan diri.
Presiden Hugo Chavez mengundurkan diri di bawah tekanan pemimpin-pemimpin militer Venezuela pada pagi-pagi di hari Jumat waktu setempat tanggal 12 April 2002. Kudeta dramatis yang dilakukan militer terhadap presiden mengembangkan situasi dilematis. Beberapa jam setelah Chavez mundur, Pedro Carmona diangkat sebagai presiden sementara (interim). Tetapi, Jaksa Agung Venezuela (Isaias Rodriguez) menyatakan bahwa penunjukan presiden interim Pedro Carmona adalah inskontitusional dan menandaskan bahwa Presiden Venezuela tetap Hugo Chavez.
Menurut Jaksa Agung, pengunduran diri presiden baru resmi setelah diterima Kongres. Chavez mengundurkan diri di bawah tekanan pemimpin-pemimpin militer. “Tuan Presiden, dulu saya loyal habis-habisan. Akan tetapi, kematian banyak orang yang terjadi, tak bisa ditoleransi,” kata Jenderal Efraim Vazguez Velasco (Panglima Angkatan Bersenjata) dalam pidatonya di televisi nasional yang dikutip pers Indonesia.
Di tengah mengalirnya kritik internasional terhadap tindakan kudeta, militer menunjuk seorang ekonom bernama Pedro Carmona yang merupakan salah satu pimpinan kamar dagang. Saat pelantikan sebagai presiden interim, Carmona mengumumkan segera melakukan pemilihan presiden dalam setahun. Kongres juga dibubarkan karena sebagai pendukung Chavez. Dalam salah satu dekrit yang diumumkan pemerintahan sementara juga diungkapkan dibentuknya sebuah Dewan Konsultatif yang terdiri 35 anggota. Mereka mengemban tugas sebagai badan penasehat presiden republik.
Dekrit juga menetapkan, presiden interim akan mengkoordinasikan kebijakan pemerintahan transisi dan keputusan lain yang diperlukan guna menjamin kebijakan, dengan otoritas pemerintah pusat maupun daerah. Dekrit tersebut mengundang banyak kritikan. Presiden Meksiko Vicente Fox secara tegas menyatakan tidak mengakui pemerintahan baru Venezuela sampai dilaksanakan pemilu baru. Demikian juga dengan pemimpin-pemimpin Argentina dan Paraguay menyatakan, pemerintahan baru Venezuela tidak sah.
Sehari setelah Hugo Chavez digulingkan melalui kudeta militer dan digantikan Pedro Carmona atas inisiatif sebagian perwira militer, Chavez kembali dikukuhkan menjadi Presiden Venezuela (14 April 2002). Pedro Carmona yang hanya menduduki sebagai presiden interim selama sehari dipaksa mengumumkan pengunduran dirinya setelah Jaksa Agung menyatakan bahwa kudeta tidak sah.
Berhasilnya Chavez kembali ke pemerintahan antara lain disebabkan militer terpecah. Sebagian jenderal memang mendukung Carmona, tetapi sebagian besar prajurit dan perwira menengah loyal terhadap Chavez. Selain itu, di kalangan kelompok masyarakat miskin pun Chavez sangat populer sehingga ketika ia digulingkan ribuan orang melakukan unjuk rasa agar Chavez dikukuhkan kembali menjadi presiden. Dalam aksi yang diwarnai penjarahan tersebut, belasan orang tewas.
Hugo Chavez sempat ditahan di Pulau La Orchila oleh para pejabat senior militer dan terbang kembali ke Caracas dengan menggunakan helikopter serta diiringi ribuan pendukungnya. Dengan mengepalkan tangan ke atas, Chavez memasuki Istana Kepresidenan Miraflores yang berhasil direbut kembali oleh pendukungnya. Sementara, Jaksa Agung menegaskan bahwa para menteri di bawah pemerintahan interim ditahan dan sejumlah petinggi militer juga diadili dengan tuduhan pembangkangan militer, termasuk pimpinan interim mereka yang seorang ekonom bernama Pedro Carmona.
Referendum 8 Agustus 2004 sebagai upaya menggulingkan Presiden Hugo Chaves oleh oposisi kembali dilakukan, tetapi masih dimenangkan oleh Hugo Chavez dengan 58 persen suara. Kemenangan tersebut membuat dirinya berhasil mengatasi salah satu tantangan terbesar dalam masa pemerintahannya dan menjadikannya sebagai sebuah mandat yang lebih besar untuk melanjutkan revolusi bagi kaum miskin.
Pada pemilu legislatif pada Desember 2005, partai pimpinan Chavez berhasil menyapu bersih seluruh kursi parlemen setelah pihak oposisi memboikot pemilu tersebut.
Meski sedang menjalani proses kemoterapi akibat kanker, Presiden Venezuela Hugo Chavez berharap masih bisa memimpin negara sosialis tersebut hingga 2025. Keinginan itu menyusul kesehatannya yang mulai membaik dengan memenangkan pemilu pada tahun depan.
Ia mengharapkan terus memerintah setidaknya hingga 2025 Saat ini, Chavez masih melakukan upaya penyembuhan dari kanker yang menyerang tubuhnya. Dia dijadwalkan menjalani babak keempat kemoterapi setelah operasi kanker pada bulan Juni lalu. Pihak oposisi tidak merisaukan keinginan Chavez melanjutkan kepemimpinan. Sebab, pengobatan panjang membuat kalangan oposisi mampu merancang kampanye yang lebih meyakinkan.
D. Peran Dan Nilai-Nilai Kepemimpinan Hugo Chaves.
Ø Pemimpin Karismatik, Budaya Politik, dan Transisi Demokrasi
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam masa transisi demokrasi dan pembangunan politik diperlukan suatu pemicu untuk membangkitkan kesadaran dan membentuk budaya politik masyarakat. Salah satu pemicu yang paling signifikan adalah penokohan pemimpin nasional atau pengangkatan tokoh-tokoh politik. Sebagaimana diungkapkan oleh Lester G. Seligman dalam artikelnya Pengangkatan Tokoh-tokoh Politik dan Pembangunan Politik bahwa proses pengangkatan tokoh-tokoh politik adalah indicator pembangunan dan perubahan yang sangat besar artinya sebab ia akan memaparkan beberapa komponen perubahan dalam segala bentuk dan manifestasinya. Pola dan sistem pengangkatan tokoh-tokoh politik akan menentukan kesempatan bagi partisipasi politik dan kesempatan untuk mendapatkan status. Ia juga akan mempengaruhi segala bentuk kebijaksanaan umum yang akan dikeluarkan, mempercepat atau memperlambat pertumbuhan dan perubahan sosial, mempengaruhi distribusi kekuasaan, dan prestisesosial, serta stabilitas sistem itu sendiri. Di negara-negara berkembang pemimpin karismatik mempunyai peranan yangsangat dominan seperti di Indonesia (Sukarno), Afrika Selatan (Nelson Mandela), Kuba(Fidel Castro), dan Venezuela (Hugo Chavez) yang dengan sikap dan perilaku politiknya mampu menggalang nasionalisme dan kesadaran politik masyarakatnya. Iklim demokrasi sangat terkait dengan budaya politik yang diciptakan oleh pemimpin dan masyarakatnya. Sebagai manifestasi sikap politik, perilaku politik tidak dapat dipisahkan dari budaya politik yang oleh Almond dan Verba diartikan sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dari aneka ragam bagiannya, serta sikap terhadap peranan warga negara dalam sistem itu. Perilaku para aktor politik inilah yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesadaran politik dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah .
Ø Berani menentang korupsi
Chavez saat menjadi tentara merasa terganggu oleh korupsi, dia melihat kalangan perwira tinggi militer. Sebenarnya, rezim yang berkuasa pada waktu itu, dipimpin oleh Carlos Andrés Peérez (1922 ), juga terkenal karena suap. Chavez terorganisir kelompok yang berpikiran seperti tentara dan diam-diam membentuk sebuah organisasi yang disebut Gerakan antikorupsi Revolusi Bolivarian.
Ø Melindungi kalangan bawah
Chavez yang memimpin koalisi Patriotic Pole berhaluan kiri secara jelas menegaskan, mengikuti jejak tokoh legendaris Argentina (Jenderal Juan Peron) yang dipandang sangat peduli pada kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, dan persamaan hak 48 Jam yang Dramatis.
Ø Patrioisme
Meski sedang menjalani proses kemoterapi akibat kanker, Presiden Venezuela Hugo Chavez berharap masih bisa memimpin negara sosialis tersebut hingga 2025.
Ø Berani membela kebenaran
Pada tahun 1992, Hugo Chavez telah mengumpulkan berikut signifikan dalam militer. Pada bulan Februari tahun itu, ia terorganisir dan memimpin kudeta militer terhadap pemerintah, yang dipimpin oleh Presiden Carlos Andrés Pérez.
Ø Memiliki pemikiran-pemikiran
Pada 14 November 2001, Presiden Hugo Chavez mengumumkan serangkaian tindakan yang bertujuan merangsang pertumbuhan ekonomi termasuk di antaranya mengundangkan Undang-undang Reformasi kepemilikan tanah.
Ø Dekat dengan rakyat
Presiden Hugo Chaves menegakkan demokrasi partisipatoris di Venezuela ia secara rutin muncul dalam program radio khusus yang disebut Alo Presidente (Hello President) untuk menjawab pertanyaan dari rakyatnya secara langsung lewat telepon interaktif. Ia juga aktif dalam memberikan pidato dan penerangan atas kebijakan politiknya lewat Channel, Program TV negara di Venezuela. Bahkan rakyat Venezuela kini boleh datang ke istana presiden dan walau mereka tidak selalu bertemu presiden tapi paling tidak ada salah seorang wakil dari presiden yang menerima mereka.
Ø Pandai dan Kritis
Ia juga mulai terlibat dalam kegiatan lokal di luar sekolah militer, bermain baik bisbol dan softball dengan tim de Criollitos Venezuela, maju bersama mereka ke Kejuaraan Bisbol Nasional Venezuela. Hobi lain yang dia lakukan saat itu termasuk menulis banyak puisi, cerita dan potongan teater, lukisan dan meneliti kehidupan dan pemikiran politik abad ke-19 Amerika Selatan revolusioner Simon Bolivar.
Ø Berani mengambil Resiko
Hugo Chavez bergabung dengan militer dan selama 17 tahun Karirnya dengan tentara termasuk menjalankan tugas sebagai penerjun payung dan sebagai guru di akademi. Di sanalah dia mengembangkan gaya perkuliahan yang kuat yang ia kenal. Selama kuliah, Chavez mulai membangun kritik keras terhadap pemerintah Venezuela dan struktur sosial.
Ø Bertanggung Jawab
Referendum 8 Agustus 2004 sebagai upaya menggulingkan Presiden Hugo Chaves oleh oposisi kembali dilakukan, tetapi masih dimenangkan oleh Hugo Chavez dengan 58 persen suara. Kemenangan tersebut membuat dirinya berhasil mengatasi salah satu tantangan terbesar dalam masa pemerintahannya dan menjadikannya sebagai sebuah mandat yang lebih besar untuk melanjutkan revolusi bagi kaum miskin.
Ø Mau belajar
Presiden Hugo Chaves juga menjadi tertarik pada revolusioner Marxis Che Guevara (1928-1967) setelah membaca memoar The Diary Che Guevara, meskipun juga membaca buku-buku oleh berbagai tokoh lain, dari Karl Marx untuk Hannibal dan Napoleon Bonaparte. Pada tahun 1975, Chavez lulus dengan gelar teknik dari Akademi Militer Venezuela dan merupakan salah satu lulusan terbaik.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hugo Chavez Presiden Venezuela ke-53. Chavez, anak dari guru sekolah, lahir di Sabaneta, Venezuela pada tanggal 28 Juli 1954. Hugo Chavez juga mendirikan Gerakan Republik Kelima, sebuah organisasi kiri yang mempromosikan bentuk sendiri sosialisme demokratis, yang ia sebut "Sosialisme Abad 21."
Chavez ketika muda mempunyai keahlian sebagai pemain baseball. Baseball adalah olahraga terkemuka di Venezuela. Negara ini memiliki liga utama dan turnamen nasional seperti di Amerika Serikat. Ada juga beberapa kompetisi di mana pemain dari Amerika Tengah dan Selatan negara berpartisipasi. Setelah sekolah tinggi pemain berbakat diberikan beasiswa untuk Academy of Sciences Militer Venezuela, sebuah perguruan tinggi bergengsi, di mana ia memperoleh gelar dalam ilmu militer dan rekayasa. Dari sana Chavez bergabung dengan tentara dan cepat naik melalui pangkat untuk menjadi kepala unit pasukan payung elit.
Pada pemilu legislatif pada Desember 2005, partai pimpinan Chavez berhasil menyapu bersih seluruh kursi parlemen setelah pihak oposisi memboikot pemilu tersebut.
Ia mengharapkan terus memerintah setidaknya hingga 2025 Saat ini, Chavez masih melakukan upaya penyembuhan dari kanker yang menyerang tubuhnya. Dia dijadwalkan menjalani babak keempat kemoterapi setelah operasi kanker pada bulan Juni lalu. Pihak oposisi tidak merisaukan keinginan Chavez melanjutkan kepemimpinan. Sebab, pengobatan panjang membuat kalangan oposisi mampu merancang kampanye yang lebih meyakinkan.
Nilai-Nilai Kepemimpinan Hugo Chaves, meliputi:
Nilai-Nilai Kepemimpinan Hugo Chaves, meliputi:
Ø Pemimpin Karismatik, Budaya Politik, dan Transisi Demokrasi
Ø Berani menentang korupsi
Ø Melindungi kalangan bawah
Ø Patrioisme
Ø Berani membela kebenaran
Ø Memiliki pemikiran-pemikiran
Ø Dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
2011. Biografi Hugo Chavez - Pemimpin Revolusi Bolivar http://www.answers.com/topic/hugo-ch-vez
(http://www.detiknews.com/read/2011/09/14/040129/1721881/1148/cavez-berharap-bisa-pimpin-venezuela-hingga-2025)
Makalahnya kren banget... salam
BalasHapus